Oleh : Andy Hariyono,Lc. M.Ag*
Pagi ini penulis membuka lembaran tafsir Al-Quran terjemah,
judulnya Tafsir Inspirasi, Karya Dr. Zainal Arifin Zakaria salah satu alumni
Univ. Al-Azhar Kairo. Dalam kitabnya, ia menuliskan setiap pembukaan ayat
dengan keterangan Makkiyah atau Madaniyah. Mungkin kitab-kitab Al-Quran,
terkhusus yang terjemahan, yang ada di tangan pembaca juga demikian. Lantas,
apa maksud dari Makiyah dan Madaniyah?
Makiyah adalah wahyu Al-Quran yang
turun sebelum peristiwa hijrah Nab Saw dan Madaniyah adalah wahyu Al-Quran yang
turun setelah peristiwa hijrah. Demikianlah pengertian Makkiyah dan Madaniyah
yang paling popular. Pembagian sedemikian sangat membantu para pengkaji Al-Quran untuk mengetahui sejarah hukum Islam atau mengetahui ayat-ayat
yang masih berlaku hukumnya atau sudah digantikan dengan hukum pada ayat lain.
Hanya ada dua cara untuk mengetahui manakah yang termasuk Makkiyah
dan Madaniyah, yaitu pertama dengan
pemberitaan langsung dari Nabi saw atau para sahabat yang meneragkan turunnya ayat
Al-Quran, dan kedua dengan qiyas atau metode menelaah ciri-ciri dari
Makkiyah atau Madaniyah, sebagaimana dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW.
Berikut adalah ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah,
1.
Sebagaimana ujar Ibnu Mas’ud r.a. segala ayat yang berbunyi “yā
ayyuha’n nās (wahai sekalian manusia)” biasanya turun di Mekkah,
sedangkan segala ayat yang berbunyi, “yā ayyuha’l ladzῑna āmanū
(wahai orang-orang yang ada iman)”. Kaidah ini tidak selamanya dapat
digunakan, terdapat pengecualian sedikit pada QS. Al-Baqarah [2]: 21 dan
QS.Al-Baqarah [2]: 168 yang berbunyi “yā ayyuha’n nās” , pun
demikian dengan QS. An-Nisa [4]: 1, 133, 170 dan 174. Sedangkan Al-Baqarah
dan An-Nisa tidak termasuk Makkiyah melainkan ianya Madaniyah.
2.
Setiap surat yang mengandung kata “Kallā” maka ia
Makkiyah.
3.
Setiap surat yang terdapat kisah Iblis dan Adam a.s. maka ia
Makkiyah kecuali yang terdapat pada surat.Al-Baqarah.
4.
Setiap surat yang mengandung perintah Fardhu atau hukum Had maka ia
Madaniyah.
Berikut ciri-ciri Makkiyah berdasarkan tema pembahasan,
1.
Peletakan dasar-dasar akidah seperti tauhid, iman adanya hari
akhir, adanya pembalasan berupa surga dan neraka dan lain sebagainya. Misal
tentang tauhid renungkanlah, QS. Al-Qashah [28]: 69—73, atau QS. Ibrahim [14]:
47—52 yang membicarakan tentang hari akhir.
2.
Menggunakan alam semesta sebagai bukti keagungan Allah SWT,
sampai-sampai terdapat isyarat ilmiah pada ayat-ayatnya. Misal renungkanlah QS.
Luqman [31]: 20—27.
3.
Memberitakan kisah-kisah para nabi dan umatnya, sampai terkesan
jika ada kisah demikian sudah dapat dipastikan ia Makkiyah kecuali pada kisah
Musa a.s. di surat Al-Baqarah dan Al-Maidah, serta kisah Musa a.s. dan Isa
.a.s. di surat Ali Imran dan As Shaf.
4.
Makkiyah juga biasanya membahas tentang dasar-dasar akhlak dan
prinsip hidup bermasyarakat seperti jujur, berbuat kebajikan, rukun, bakti
kepada kedua orang tua, memuliakan tetangga, mensucikan hati maupun lisan dan
sebagainya. Misal, renungkanlah QS. Al-Isra’ [17]: 33—39.
Berikut ciri-ciri Madaniyah berdasarkan tema pembahasan,
1.
Berisi aneka keterangan mengenai hukum syar’i secara rinci, misal
hukum shalat, zakat, puasa, haji, hubungan sosial, nikah, cerai, penyusuan,
warisan, hukum had, dan hukum qishas.
2.
Seruan terhadap ahli kitab yakni Yahudi dan Nasrani agar memeluk
Islam.
3.
Menyebutkan ciri-ciri orang munafik.
4.
Menjelaskan hubungan antara muslim dan nonmuslim yang menjadi dasar
adanya hubungan internasional, sehingga tercipta perdamaian, penegakan hukum
dan ragam kesepakatan bersama.
*Penulis adalah Guru Ngaji dan Pengajar Tafsir di Griya Quran
Al-Madani Bukit Siguntang.