Pengertian mengenai tasawuf sangat variatif, tergantung mereka -Orang yang bertasawuf- yang menggeluti ilmu ini, karena setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda terkait dengan hubungannya secara vertikal terhadap sang Pecipta, yaitu Allah Swt.
Tidak sedikit ayat Al-Quran yang mengajak kepada tasawuf, dalam artian Tasawuf juga termasuk Ibadah kepada Allah Swt, sedang ibadah itu ada yang bernilai fardlu dan nafilah, dengan ibadah fardlu semakin mendekatkan hamba kepada Allah Swt, sedang nafilah menambah kecintaan kepadaNya. Sebut misalnya disini untuk ibadah fardlu, Shalat 5 waktu, Puasa Ramdlan, membayar zakat, berbakti kepada kedua orang tua, menjauhi zina dan lain sebagainya, untuk nafilah seperti shalat Tahajjud, mengucapkan salam terhadap sesama, memberikan senyuman, menghormati yang tua menyayangi yang muda dan lain-lain.
Ada yang mengartikan tasawuf itu dengan akhlak, jikalau akhlaknya bertambah baik maka nilai taswauf juga ikut bertambah. Begitu pula dengan zuhud dimasukkan juga dalam pemaknaan tasawuf , zuhud kepada hal-hal yang haram hukumnya jelas wajib akan tetapi dalam hal-hal yang halal menjadi sunah (Baca: sah-sah saja).
Berikut adalah firman-firman Allah yang termaktub dalam Al-Quran mengenai Tasawuf; dalam hal ibadah, “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Al-Hijir: 99), “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan” (Al-Muzammil: 8), “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridlaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Al-Hadid : 20).
Dalam suatu riwayat ketika turun firman Allah Swt, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)” (Al-Muzammil: 1-2) para sahabat-sahabat nabi Saw bangun untuk melaksanakan shalat selama kurang lebih setengah malam pada tiap-tiap malam dengan tekun. Hal ini berlangsung selama setahun hingga menyebabkan kaki mereka bengkak-bengkak, maka turunlah ayat berikutnya yang memberikan keringanan untuk bangun malam dan mempersingkat bacaan, “Seungguhnya Tuhanmu mengetahui bawasannya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang berama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran,. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa aja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Muzammil : 20)
Dan satu lagi hadits riwayat Annas yang menyebutkan bahwa ada 3 orang yang datang ke rumah istri-istri Nabi Saw untuk menanyakan prihal ibadahnya, sembari membanggakan amalan mereka satu persatu. Mereka pun ada yang berkata ; “Saya selalu shalat”, kemudian ada yang berkata; “saya selalu berpuasa setiap hari dengan tidak berbuka”, dan yang terakhir; “saya berlepas diri dari perempuan dan aku tidak akan pernah menikah” Kemudian Rasulullah Saw datang kepada mereka dan berkata “Apakah kalian yang berkata seperti ini dan seperti ini (masudnya pernyataan mereka seperti di atas), maka sabda Rasul Saw; “Demi Allah aku lebih takut dan lebih bertakwa kepada Allah dari pada kalian, akan tetapi aku tetap berpuasa dan berbuka, dan akupun shalat juga tidur, dan aku juga menikah dengan perempuan, barang siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukanlah bagian dariku”
Adapun istilah bahwasannya tasawuf berasal dari kata sufi adalah istilah yang muncul belakangan, Abu Hasyim Al-Kufi (W. 150 H) adalah orang yang pertama kali memploklmirkannya. Perkembangan ilmu tasawuf secara garis besar terbagi menjadi dua; pertama mereka yang tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah, kedua mereka yang telah terpengaruh dengan Filsafat hindu, Persia dan Yunani. Setelah tasawuf diminati oleh banyak masyarakat muslim, maka tasawuf menjadi disilplin ilmu tersendiri, dan tidak sedikit pandangan-pandangan mengenai ilmu ini yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah.
Dari sana para ahli tasawuf terdahulu sangat menjaga sunah Rasul Saw dalam bertasawuf dan menjauhi perbuatan bid’ah, Imam Junaid bertutur, “Ilmu (tasawuf) kami ini berpegang pada Al-Qur’an dan Sunah, barang siapa yang tidak mengetahui al-Quran dan Sunah makah jangan sekali-kali ia berbicara mengenai ilmu ini”. Dan Sahal bin Abdullah At’Tastari pun berkata, “setiap rasa cinta yang tumbuh tanpa didasari dengan Al-Quran dan Sunah maka cinta itu akan sia-sia saja, dan setiap amalan bid’ah hanya menyiksa diri, dan setiap perbuatan tanpa adanya panutan hanyalah tipu daya bagi diri sendiri”.
Dari berbagai sumber
2 comments:
Tasawuf..?! Bgus juga?! Teruz di kembangkan aja ya!
Kata setiap Ahli dalam Tasawwuf yang bukunya pernah kubaca. Ujung pencarian tasawwuf adalah Maqam Cinta (Mahabbah), yang diarih dengan pendekatan (Taqarrub). Sabda Rasul : "Tuhan berfirman: Tidak ada yang paling Kusuka dari hambaKu selain ia terus mendekat padaKU melalui berbagai pelaksanaan kewajiban. Lalu ia terus mendekat dengan berbagai perbuatan tambahan yang Kusuka (nawafil). Hingga Aku pun cinta padanya." Mudah bukan?
Post a Comment