Tuesday, April 28, 2009

Tasawuf Apaan sih??

Pengertian mengenai tasawuf sangat variatif, tergantung mereka -Orang yang bertasawuf- yang menggeluti ilmu ini, karena setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda terkait dengan hubungannya secara vertikal terhadap sang Pecipta, yaitu Allah Swt.

Tidak sedikit ayat Al-Quran yang mengajak kepada tasawuf, dalam artian Tasawuf juga termasuk Ibadah kepada Allah Swt, sedang ibadah itu ada yang bernilai fardlu dan nafilah, dengan ibadah fardlu semakin mendekatkan hamba kepada Allah Swt, sedang nafilah menambah kecintaan kepadaNya. Sebut misalnya disini untuk ibadah fardlu, Shalat 5 waktu, Puasa Ramdlan, membayar zakat, berbakti kepada kedua orang tua, menjauhi zina dan lain sebagainya, untuk nafilah seperti shalat Tahajjud, mengucapkan salam terhadap sesama, memberikan senyuman, menghormati yang tua menyayangi yang muda dan lain-lain.

Ada yang mengartikan tasawuf itu dengan akhlak, jikalau akhlaknya bertambah baik maka nilai taswauf juga ikut bertambah. Begitu pula dengan zuhud dimasukkan juga dalam pemaknaan tasawuf , zuhud kepada hal-hal yang haram hukumnya jelas wajib akan tetapi dalam hal-hal yang halal menjadi sunah (Baca: sah-sah saja).

Berikut adalah firman-firman Allah yang termaktub dalam Al-Quran mengenai Tasawuf; dalam hal ibadah, “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Al-Hijir: 99), “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan” (Al-Muzammil: 8), “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridlaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Al-Hadid : 20).

Dalam suatu riwayat ketika turun firman Allah Swt, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)” (Al-Muzammil: 1-2) para sahabat-sahabat nabi Saw bangun untuk melaksanakan shalat selama kurang lebih setengah malam pada tiap-tiap malam dengan tekun. Hal ini berlangsung selama setahun hingga menyebabkan kaki mereka bengkak-bengkak, maka turunlah ayat berikutnya yang memberikan keringanan untuk bangun malam dan mempersingkat bacaan, “Seungguhnya Tuhanmu mengetahui bawasannya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang berama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran,. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa aja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Muzammil : 20)

Dan satu lagi hadits riwayat Annas yang menyebutkan bahwa ada 3 orang yang datang ke rumah istri-istri Nabi Saw untuk menanyakan prihal ibadahnya, sembari membanggakan amalan mereka satu persatu. Mereka pun ada yang berkata ; “Saya selalu shalat”, kemudian ada yang berkata; “saya selalu berpuasa setiap hari dengan tidak berbuka”, dan yang terakhir; “saya berlepas diri dari perempuan dan aku tidak akan pernah menikah” Kemudian Rasulullah Saw datang kepada mereka dan berkata “Apakah kalian yang berkata seperti ini dan seperti ini (masudnya pernyataan mereka seperti di atas), maka sabda Rasul Saw; “Demi Allah aku lebih takut dan lebih bertakwa kepada Allah dari pada kalian, akan tetapi aku tetap berpuasa dan berbuka, dan akupun shalat juga tidur, dan aku juga menikah dengan perempuan, barang siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukanlah bagian dariku”

Adapun istilah bahwasannya tasawuf berasal dari kata sufi adalah istilah yang muncul belakangan, Abu Hasyim Al-Kufi (W. 150 H) adalah orang yang pertama kali memploklmirkannya. Perkembangan ilmu tasawuf secara garis besar terbagi menjadi dua; pertama mereka yang tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah, kedua mereka yang telah terpengaruh dengan Filsafat hindu, Persia dan Yunani. Setelah tasawuf diminati oleh banyak masyarakat muslim, maka tasawuf menjadi disilplin ilmu tersendiri, dan tidak sedikit pandangan-pandangan mengenai ilmu ini yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah.

Dari sana para ahli tasawuf terdahulu sangat menjaga sunah Rasul Saw dalam bertasawuf dan menjauhi perbuatan bid’ah, Imam Junaid bertutur, “Ilmu (tasawuf) kami ini berpegang pada Al-Qur’an dan Sunah, barang siapa yang tidak mengetahui al-Quran dan Sunah makah jangan sekali-kali ia berbicara mengenai ilmu ini”. Dan Sahal bin Abdullah At’Tastari pun berkata, “setiap rasa cinta yang tumbuh tanpa didasari dengan Al-Quran dan Sunah maka cinta itu akan sia-sia saja, dan setiap amalan bid’ah hanya menyiksa diri, dan setiap perbuatan tanpa adanya panutan hanyalah tipu daya bagi diri sendiri”.

Dari berbagai sumber

Saturday, April 25, 2009

3 Jenis Sabar

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikat harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (Imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah :177)

Perbincangan mengenai topik kesabaran mungkin sudah sering terdengar di sekitar kita, namun dalam realita kehidupan, aplikatif kesabaran sangat jarang kita temukan. Baru-baru ini bangsa Indonesia kembali tertimpa musibah, belum terselesaikan kasus Lapindo yang masih menjadi “PR” Pemerintahan SBY dan JK, disusul dengan situ gintung yang memakan puluhan korban, Ribuan rumah di Tanjung balai Sumut terendam banjir, Gempa di Palu, gempa Manokari Papua Barat dan beberapa bencana lainnya.


Tampak sekilas di pandangan kita, bahwa para korban bencana itu membutuhkan pertolongan dari saudara-saudara di sekelilingnya, namun secara tidak langung mereka yang terkena musibah sebenarnya telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa ini. Kesabaran.

Adalah sabar yang berarti menahan diri terhadap sesuatu yang negatif untuk mendapatkan hasil yang positif. Islam menempatkan kesabaran pada posisi yang strategis sehingga output orang-orang yang bersabar mendapat jaminan surga dari Allah Swt. Kembali ke ayat di atas, Allah Swt membagi kesabaran dalam 3 jenis; sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Sabar dalam hal kesempitan, atau contoh konkritnya dalam keadaan fakir, dalam hal ini seseorang bekerja untuk memenuhi kehidupannya akan tetapi penghasilan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan tersebut, namun ia tetap ridla terhadap pemberian Allah Swt, tidak mencuri, tidak mau disogok, tidak merampas hak yang bukan miliknya, dan tidak menzalimi orang lain Hakim meriwayatkan hadits dari Rasullah Saw yang maknanya “... dan janganlah karena ketertundaan rizki menuntutmu untuk mendapatkannya dengan bermaksiat kepada Allah, karena hanya ketaatanlah yang dapat menerima segala sesuatu dari sisi Allah Swt

Kedua sabar dalam penderitaan, seperti dalam keadaan sakit, terkena musibah dan lain sebagainya. Setiap mereka yang terkena musibah dalam pengertian sabar yang kedua ini hendaknya jangan berputus asa dari rahmat Allah Swt, bukankah Imam Bukhari pernah mengeluarkan hadits Rasul Saw yang maksudnya, setiap muslim yang tertimpa musibah apa pun bentuknya maka, Allah Swt akan menghapuskan dosa-dosa kecil darinya.

Terakhir Sabar dalam keadaan perang, mari menyimak sejenak arti firmah Allah berikut; “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (Q.S. Al-Anfal : 45)

Dari berbagai sumber...




Bookmark and Share

Sunday, April 19, 2009

Dini Hari Bersama Al-Bajury

Hari ini saya membuka kembali diktat Ilmu Tauhid tingkat I fakultas Ushuluddin, Tuhfatu’l Murid ‘ala Jauharatu’t Tauhid, karangan Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al-Bajury (1198 – 1277 H/1784-1860 M), Syaikh Universitas Al-Azhar, seorang fakih madzhab Syafi’i. Al-Bajury dinisbatkan pada nama salah satu desa di daerah El-Manufiyah, Mesir.


Buku tersebut merupakan penjelasan dari buku Jauharatu’t Tauhid yang dikarang oleh Imam Abu’l Imdad Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan Al-Laqani, seorang ulama Mesir bermadzhab Maliki, ahli filsafat Agama (Ilmu kalam). Nama Al-Laqani dinisbahkan kepada salah satu desa di daerah Al-Bahirah di mesir, dan Al-Laqani juga dijuluki Burhanuddin.


Buku yang menjelaskan 144 bait syair Al-Laqani ini memiliki penjelasan yang luar biasa mengenai tauhid aliran Asy’ariyah, yaitu suatu aliran ilmu kalam yang banyak dipahami oleh umat Islam saat ini. Salah satu contohnya, ketika saya membaca permulaan bait syair-syair tersebut pensyarah (Penjelas, dalam hal ini Imam Al-Bajury) telah mengenalkan beberapa tokoh-tokoh Islam klasik, diantaranya:


Imam As’ Syatibi seorang Imam ahli qira’at yang namanya Al-Qasim bin Fiyurah bin Khalaf bin Ahmad Ar Ra‘iny, dilahirkan di Syatibah (Jativa) Andalusia dan wafat di Mesir tahun 590 H/1194 M. Beliau adalah seorang ahli Ilmu Tafsir, Hadits dan Bahasa. Kemudian Az’ Zamakhsyari seorang ulama Muktazilah yang bernama Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad Az’ Zamakhsyari, seorang ahli Tafsir, Bahasa, Adab, dilahirkan di Zamakshyar salah satu desa di Khwarizm, salah satu karya fenomenalnya adalah Tafsir Al-Kasyaf, Asrarul’ Balaghah, Al-Faiq fi Gharibil’l Hadits. 

Imam Sanusi yang bernama Muahammad bin Yusuf bin Umar bin Syuaib As’ Sanusi, karyanya yang berjudul Akidah Ahlu’t Tauhid (Akidah al-Kubra) dan Ummul Barahin (Akidah As’ Sughra), Syarhu Liummiyati’l Jazairy fi’t Tauhid, dan Mukhtashar fi ‘ilmi’l Manthiq. Zakaria bin Muhamad bin Ahmad bin Zakaria Al-Anshari Al-Mashri As-Syafii Abu Yahya. Wafat 682 H. Mas‘ud bin Umar bin Abdullah At’ Taftazani Sa’adu’d din, Imam dalam Ilmu Mantiq, Kalam, Balaghah dan Ilmu Bayan. Lahir di daerah Taftazani di Negeri Khurasan, diantaran karya-karyanya adalah; Tahdizibul Mantiq wa’l Kalam, Maqashidu’t thalibin fi ‘Ilmi Ushuli’ddin W. 139 H. Muhammad bin Ahmad bin Hamzah. Syamsudin Ar Ramly, seorang ulama bermadzhab Syafi’i. Ar-Ramly dinisbahkan kepada nama salah satu daerah di Mesir yang bernama Ramalah, W. 1004H/ 1596 M. Ibnu Hajar, yang nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitsami Syihabu’d din Syaiku’l Islam, W. 974 H. Ibnu Abdul Bar: Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Bar An’ Namry Al-Qurtubi Al-Maliki Abu Umar, dijuluki Hafidz Al-Maghrib, W. 463 H. Al-Baidhlawi: Umar bin Abdullah bin Umar bin Muahammad Nashiruddin, seorang ulama ahli Tafsir, Mantiq, Kalam dan Ushul, Al-Baydha dinisbahkan kepada nama daerahnya di Paris, W. 597 H. Al-Jauzy: Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzy Al-Quraisy Al-Baghdady, ia memiliki sekitar 300 karya diantarannya; Al-Adzkiya, Manaqib Umar bin Abdul Aziz, Talbisu Iblis, Al-Muntadzham fi Tarikhi’l Muluk wa’l Umam, Al-Wafa fi Fadlailil Musthafa, W. 597 H. Al-Amir: Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdul Qadir As Simbawi, seorang ulama Al-Azhar bermadzhab Maliki, terkenal denga amir karena kakeknya berkuasa dalam bidang pertanian di Mesir, W. 1232. Asy’ Syinwani : Muhammad bin Ali bin Mansur Asy’ Syinwani, W. 1233. Al-Yusi: Al-Hasan bin Masud bin Muhammad Abu Ali Nurud’ din dari Bani Yusi di Maghrib Al-Aqsha. Asyihab Al-Malawi : Ahmad bin Abdul Fatah bin Yusuf bin Umar Al-Malawi Al-Majiri Abu’l Abbas Syihabu’d din seorang ulama Al-Azhar bermadzhab Syafi’i, lahir dan wafat di Kairo, diantara karya-karyanya; Arjuzatu fil’mantiq, Syarhani limutuni’s Silmi fi’l Mantiq, W. 1181H. 

Ibnu’l Arabi : Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Al-‘Afiry Al-Isybili Al-Maliki, seorang Mujtahid dalam ilmu-ilmu Agama, serta pengarang beberapa buku Hadits, Tafsir, Fikih, Ushul, Adab dan Sejarah, diantara karya-karyanya adalah; Al-‘Awashim mina’l Qawashim, Ahkamu’l Qur’an, Qanun Ta’wil, W. 543 H. Abdul Aziz bin Abdu’s Salam bin Abi’l Qasim bin Husain As’Silmi Ad’ Dimisqi ‘Izzu’d din, diantara karya-karyanya adalah; Qawa’idul Ahkam fi Ishlahi’l Anam, W. 660 H. As’ Suja‘i: Ahmad bin Ahmad bin Muhammad, nama Sujaiyah dinisbahkan kepada nama sebuah desa di sebelah barat Mesir, W. 1197 H. Abu Muhammad Al-Juwaini: Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Abu Muhammad, seorang ahli Tafsir bahasa dan ia adalah putra dari Imam Haramain Aljuwaini, W. 438.

Demekianlah nama beberpa tokoh-tokoh klasik yang dapat kita kenal melalui pembukaan buku Penjelas Jauharatu’t Tauhid tersebut. Semoga keyword ini bermanfaat...

Bookmark and Share

Thursday, April 16, 2009

Ulang Tahun PPWS tanggal 4 April 2009 Dan Bincang Santai HAKPW Dengan Tema "Memotret Ngabar 2030"

Andy Hariyono selaku moderator acara “Bincang Santai” ini mempersilahkan dua pembicara Ngabarian untuk menempati tempat yang sudah dipersiapkan oleh panitia, mereka adalah; Saudara Ahmad Tirmidzi, Lc dan Saudari Desi Hanara. Kedua pembicara tersebut memberikan pemaparan tema berbeda mengenai pondok pesantren "Wali Songo" (PPWS), yang pertama lebih menekankan histori PPWS itu sendiri sedang yang ke dua, saudari Desi Hanara menganalisa Ngabar 2030.

Saudara Ahmad Tirmizi, Lc tidak lagi menjelaskan secara terperinci mengenai histori berdirinya PPWS karena ia memandang para hadirin sudah pada mengetahui hal tersebut, akan tetapi yang lebih ditekankannya adalah; bagaimana kita melihat masa lalu untuk menatap masa depan. Pelajaran yang diambilnya adalah spirit dari pendiri PPWS untuk mendirikan lembaga pendidikan yang berbasiskan pondok pesantren (Islam). Para pendiri memeliki spirit "ber-Islam" yang kuat sehingga rasa ingin menyebarluaskan dakwah Islam dan meninggikan kalimat Allah inilah yang menjadi cikal-bakal (spirit) berdirinya PPWS.

Dari sana Bang Mizi -panggilan akrabnya- menghimbau para alumni agar selalu menjaga spirit tersebut agar pelajaran yang diberikan sejarah tidak berlalu begitu saja. Di samping itu faedah dari review ulang histori PPWS ini adalah dapat mengetahui bersama posisi para alumni, karena tipe manusia dilihat dari sisi sejarah hanya dua macam saja; pertama Pelaku dan kedua penonton. Setelah melihat perkembangan sejarah, ternyata tidaklah banyak dari mereka (manusia) yang menjadi pelaku sajarah, dari sana perlu tekad dan kemauan yang kuat untuk terus berusaha agar para alumni dapat menjadi pelaku sejarah yang diinginkan.

Setelah Bang Mizi menyelesaikan penyampaiannya kemudian Saudara Andy Hariyono mempersilakan pembicara ke dua, yakni saudari Desi Hanara untuk memaparkan potret Ngabar 2030. Dengan Tujuh menit kedepan sisa waktu menjelang shalat Maghrib berjama'ah.

Saudari Desi mengajak para alumni untuk memotret Ngabar bersama, karena sangat jarang para alumni yang kritis dalam menilai PPWS itu sendiri. Dengan penjelasan mengenai konflik internal yang terjadi di Ngabar sampai pendidikan yang berkembang saat ini. Setelah pemaparan yang panjang saudari Desi Hanara sangat optimis akan kemajuan Ngabar ke depan terlebih setelah terpilihnya Pimpinan Pondok saat ini.

setelah kedua pembicara memberikan pandangannya, moderator memberikan waktu istirahat sejenak untuk berfoto bersama Duta Besar RI Mesir Bapak, Abudrrahman Mohammad Fachir dan shalat maghrib berjamaah.

Sesi selanjutnya, moderator memberikan kesempatan bagi para hadirin yang bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya mengenai PPWS. Banyaknya antusias alumni untuk bertanya sehingga moderator pun harus membatasi penanya karena mengingat alokasi waktu yang tersedia. Jumlah penanya putra 4 orang dan putri 1 orang.

Pertanyaan pertama dari saudara Mu'tashim El-Mandiri, menurutnya kita tidak perlu membuka konflik internal yang terjadi di Pondok saat ini didepan umum dengan melanjutkan pertanyaan mengenai beberpa tulisan ustadz Zaki yang dititipkannya ke Desi juga pertanyaan, apakah Ngabar dengan pendidikannya saat ini dapat survive kembali?

kemudian penanya kedua oleh saudara Ardi Budiman, baginya kita harus jujur untuk membaca situasi saat ini, dalam hal ini saudara Ardi lebih setuju dengan ungkapan konflik internal dari saudari Desi Hanara, karena dari premis-premis seperti ini juga mendukung cara pandang alumni dalam menilai Ngabar kedepan. kemudian ia mengajukan dua hal kekurangan yang ada pada ngabar; 1. Menejeman baik organisasi, struktur maupun adminstrasi, 2 Kapasitas alumni yang memang kurang "menjual" Ngabar itu sendiri.

Mba Sri Dewi Atiqoh, sebagai pembicara ke-tiga mengungkapkan apresiasinya terhadap Ngabar saat ini. karena pimpinan-pimpinan pondok sebelumnya sangat jarang mendengarkan keluhan, usulan dari para alumni-alumninya. Namun untuk saat ini, hal tersebut tidak perlu disesali lagi karena ia optimis bahwa kepemimpinan saat ini sangat peduli dengan para alumninya. Hal ini ia simpulkan, karena mengaca kepada alumni-alumni Gontor yang selalu serius ketika membahas pondoknya. Optimisme yang ada untuk kemajuan Ngabar kedepan juga dilontarkannya sebagai penutup kalam.

Kemudian selanjutnya saudara Abdul Qodir, ia berpandangan bahwasannya Ngabar sangat kurang dalam hal pertama; kaderisasinya, sebagai contoh; adakah dari santri atau asatidz yang disekolahkan di luar negeri untuk mengabdi nantinya di PPWS? hal ini menyebabkan kualitas pendidik berkurang di Ngabar, kedua; Ia pesimis dengan kridibelitas PPWS saat ini, sebaliknya ia mempertanyakan "siapkah para alumni menyekolahkan anaknya ke Ngabar?" jikalau banyak para alumni optimis dengan jawaban "YA", maka, di sanalah tolak ukur keberhasilan Ngabar itu sendiri tidak dengan jawaban sebaliknya.

Terakhir saudara Tafiqullah, memaparkan bahwa Ngabar harus segera membenahi konflik internal yang terjadi, karena ketidak akuran antar person terlebih lagi hingga stakeholder di Ngabar dapat berimplikasi pada lembaga yang dipimpin, juga ia berharap agar para asatidz -termasuk stakeholder- yang tidak mengingnkan perbaikan di Ngabar atau pro misi dan visi PPWS segera "disisihkan" dari struktural lembaga.

Dari beberapa pertanyaan dan saran di atas ditanggapi oleh ke dua pembicara, untuk Saudara Ahmad Tirmidzi, LC menjelaskan mengenai pendidikan saat ini, ia menganalogikan pendidikan seperti produk yang mempunyai daya jual, dalam artian, siapa yang produknya memiliki daya jual yang tinggi itulah yang dipilih. Dalam hal ini, perlu bagi Ngabar untuk mempersiapkan sistem Pendidikan yang kompetibel sehingga para alumninya dapat mempromosikan produk pendidikan tersebut. diakhiri dengan Visi Ngabar 2011 "Menuju Ngabar yang self-sufficiency (kebercukupan dan mandiri) dalam segala bidang adalah kunci ideal "

Kemudian tanggapan dari Saudari Desi Hanara, bahwasannya konflik internal yang diungkapkannya bukan bermaksud untuk memprovokasi pihak tertentu bahkan hal tersebut dipandang perlu diangkat sebagai premis-premis yang telah ia sampaikan dalam menilai Ngabar, dan pun bahasa tersebut sudah ia terjemahkan dengan kalimat yang santun dan beretika. Adapun mengenai pendidikan di Ngabar ia sendiri sempat menyampaikan bahwa kaderisasi di PPWS memang sangat minim dan ini perlu ditanggapi serius oleh para stakeholder di PPWS.

Acara ini ditutup dengan kesimpulan moderator agar para alumni mulai kritis dalam menilai PPWS saat ini dengan harapan menjadi palaku sejarah bukan penonton sejarah.


Bookmark and Share