Wednesday, December 9, 2009

Lomba Debat Berbahasa Inggris


dikbudcairo.org - Sukses melaksanakan "English Debate Contest For International Students" tahun 2007 silam, tahun ini Pelajar Islam Indonesia (PII) bekerjasama dengan PPMI dan ICMI Orsat Cairo mengadakan kegiatan serupa yang bertajuk: “The Better English You have Got The Brighter Future You`ll have.” Acara ini akan berlangsung pada 6, 9 dan 13 November 2009 di Wisma Nusantara dan Pasanggrahan Jawa Barat.

Acara tersebut tidak hanya diikuti utusan organisasi mahasiswa Indonesia saja, namun diikuti juga oleh mahasiswa asing di Mesir lainnya seperti Filipina, Singapura, Bangladesh, India dan utusan dari al-Azhar English Center.

Kontes tersebut diikuti 25 tim dimana setiap tim terdiri dari 2 orang. Semua tim disaring dalam tiga tahap lomba: penyisihan, semifinal dan final. Seluruh tim diberi tema permasalahan yang sama untuk diperdebatkan. Pada tahap penyisihan, tema yang diperdebatkan adalah: “Academic Qualification: How Far is this True” dan tim dalam setiap regu dibagai ke dalam dua kelompok: pro dan kontra.

Adapun kriteria penialain pada tahap penyisihan ini difokuskan pada tiga titik, yaitu: Fluency (kefasihan), Grammer (Tata Bahasa) dan Content (isi).

Solihin Ma`ruf (ketua panitia) mengungkapkan, dengan terselenggaranya kegiatan berskala Internasional tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa Indonesia dan memperkokoh tali silaturahmi sesama mahasiswa asing di Mesir. Adapun M. Jouheri Irhas peserta utusan FISMABA mengungkapkan, bahwa kegiatan seperti ini seharusnya tidak hanya dilaksanakan dalam agenda tahunan saja, namun kalau bisa setiap minggu dalam skala setiap organisasi kecil mahasiswa. Ia mengaku kemampuan berbahasa Inggrisnya kembali terasah setelah mengikuti kegiatan ini, padahal kemampuan berbahasa Inggrisnya sempat menurun selama dirinya menjadi mahasiswa di negeri berbahasa Arab (Mesir).


Sumber

Bookmark and Share

Tuesday, December 8, 2009

05 Desember 2005

Syeikh Muhammad Abduh mengatakan, “Sesungguhnya para penyembah berhala itu berpuasa untuk menenangkan kemarahan tuhan-tuhan merka. Apabila mereka melakukan perbuatan yang menyebabkan tuhan-tuhan mereka itu marah, atau minta kerelaannya untuk menolong mereka dalam menyelesaikan utusan dan menvapai tujuan. Mereka meyakini bahwa kerelaan tuhan bisa diraih mlalui penyiksaan psikologis, mematikan sebagian anggota badan, dan kyakinan ini berkembang di kalangan Ahlulkitab. Tradisi ini berhehti, sampai datangnya Islam dengan doktrin, bahwa pusa dan ibadat lainnya merupakan kewajiban. Karena, dengan takwa kita akan mendapatkan kebahagiaan, dan sesungguhnya Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan kita dan amal kita. Puasda tidak diwajibkan kepada kita, kecuali manfaatnya kembali kepada kita semua.” (Rashid Ridha, Tafsirul Manar, Juz II, hlm 145) Dr. Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an Dalam Perlaksanaan Hukum dan Pradaban Manusia, hlm. 151, Cet. I 1997, Penerbit Risalah Gusti.

Friday, November 13, 2009

Mahasiswa RI di Mesir Dukung KPK


Kairo - Koalisi Gerakan Cicak Mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir) bertekad mendukung serta mempertahankan KPK demi kelanjutan perang terhadap korupsi, serta mengecam semua pihak yang ingin melemahkan dan mematikan KPK.

Demikian deklarasi yang dibacakan dengan lantang oleh Koordinator Aksi Cicak Masisir, Rashid Satari, dalam acara Deklarasi dan Aksi Cinta Indonesia Cinta KPK Masisir di Wisma ‘Habibie’ Nusantara, Kairo, seperti disampaikan melalui siaran pers yang diterima detikcom petang ini atau Kamis (12/11/2009) WIB.

Koalisi ini terdiri dari Perwakilan Pimpinan Pusat Persatuan Islam Mesir (Pwk. PP Persis), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Mesir (PCI NU), Perwakilan Pelajar Islam Indonesia Mesir (Pwk. PII), Forum Syariah wal Qanun (Forum Studi Syariah dan Hukum), Rumah Budaya Akar (Forum Pegiat Kebudayaan), Komunitas Arus Kampus, Buletin Terobosan dan Buletin Informatika.

Dukungan diberikan kepada KPK karena selama ini terbukti bahwa kinerja KPK sangat ampuh dalam upaya memberantas korupsi di Indonesia. Seharusnya RI 1 bersikap tegas dan dapat merespons positif aspirasi rakyat yang mendukung penguatan lembaga KPK.

Diharapkan dukungan mahasiswa RI di luar negeri dalam perang melawan korupsi akan semakin bertambah, menyusul PPI Australia dan PPI Prancis yang sudah menyatakan dukungannya.

"Pada hari-hari ke depan kita akan melihat Cicak Raksasa melawan para Buaya," ujar Ketua Penyelenggara Kadarisman.

Acara dimeriahkan dengan orasi-puitis Tabrani Basha, yang antara lain menyoroti keterpurukan moral bangsa karena korupsi yang kronis, korupsi di deplu diplomasi jadi memble, depag dikorupsi dana haji raib, depkes dikorupsi pasien kejang-kejang.

Sebelumnya acara deklarasi itu didahului dengan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Gugur Bunga sebagai tanda kecintaan terhadap NKRI.

(es/es)

Sumber


Bookmark and Share

Mahasiswa Indonesia di Mesir Dukung KPK


Sabtu, 7 November 2009 | 17:54 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Sembilan organisasi di lingkungan Masisir (Mahasiswa Indonesia Mesir) Jumat (6/11) malam di Kairo mengeluarkan Pernyataan Sikap mendukung KPK dan upaya penegakan supremasi hukum di Indonesia. Sembilan organisasi tersebut menamakan diri Koalisi CICAK-Masisir.

Koalisi ini terdiri dari Perwakilan Pimpinan Pusat Persatuan Islam Mesir (Pwk. PP. Persis), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Mesir (PCI. NU), Perwakilan Pelajar Islam Indonesia Mesir (Pwk. PII), Forum Syariah wal Qanun (Forum Studi Syariah dan Hukum), Rumah Budaya Akar (Forum Pegiat Kebudayaan), Komunitas Arus Kampus, Buletin Terobosan dan Buletin Informatika.

Dalam pertemuan tersebut, koalisi ini mengeluarkan tujuh poin pernyataan sikap. Pertama, mendukung KPK dalam upaya pemberantasan tindak korupsi di Indonesia. Kedua, mendesak Polri mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) atas kasus Bibit-Chandra dan mencabut status tersangka atas keduanya. Ketiga, mendesak Mabes Polri dan Kejaksaan Agung segera menonaktifkan oknum pejabat terkait yang terlibat dalam upaya kriminalisasi KPK serta menindak Anggodo Widjojo dan semua nama-nama yang terlibat.

Keempat, meminta ketegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan wewenang dan independensi sepenuhnya kepada Tim Pencari Fakta (TPF), serta mendesak Presiden membenahi instansi Polri dan Kejaksaan Agung sebagai lembaga penegak supremasi hukum.

Kelima, mendukung Tim Pencari Fakta (TPF) menguak kebenaran secara independen atas sengketa KPK, Polri, dan Kejaksaan Agung. Keenam, mendesak instansi penegak hukum (KPK, Polri, Kejaksaan Agung), menuntaskan kasus Bank Century. Ketujuh, mendukung seluruh komponen aparat hukum kembali bersinergi dan tidak pandang bulu dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Sumber


Bookmark and Share

Friday, September 18, 2009

Dan M Top pun Makin NgeTop

Berita Penembekaan Noordin M Top oleh Dansus 88, Kamis, 17 September 2009 berhasil menenggelamkan berita nasional seperti, Gerakan anti Malaysia, kasus Buaya dan Cicak, Godzila dan kasus Bank Century. Walaupun yang bersankutan tewas, itu bukan berarti jaringan teroris di Indonesia lenyap. Ada kemungkinan gerakan teroris ini akan memperbaiki kinerjanya dengan memilih “gaya baru”. Karena gerakan tersebut merupakan gerakan yang terstruktur, yang jikalau salah strategi, tentunya akan memperbaiki -dengan cara tersetruktur pula- pola pergerakan mereka agar lebih baik.

Kondisi “Hidden War” atau perang tersembunyi sepeerti inilah yang lebih meresahkan masyarakat. Masih belum jelas, motif dari para terorisme itu. Hanya saja, cara berfikir yang “lurus” menurut mereka, sangatlah bertolak belakang dengan ajaran Islam yang selalu menenangkan masyarakat. Bukan meresahkan.

Bookmark and Share

Sunday, July 12, 2009

Ayat Mutasyabihat

(Serangkai cara dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat)
Oleh: Andy Hariyono

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Wajah Allah (Al-Qasas :88), Tangan Allah di atas tangan mereka (Al-Fath : 10), Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami (At-Thur : 48), (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arasy. (Thâha : 05)

Terdapat beberpa cara dikalangan ulama Islam dalam memahami terjemahan redaksional ayat-ayat al-Quran seperti diatas. Perlu diketahui sebelumnya, bahwa secara sederhana ayat al-Quran terbagi menjadi dua macam; pertama ayat Muhkamat dan kedua adalah ayat Mutasyabihat, "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat".(Ali-Imran :7)

Surat Ali-Imran di atas memberikan sinyal bahwa didalam al-Quran terdapat ayat Muhkamat yang berbicara mengenai hal-hal yang pasti, sehingga ayat muhkamat ini jauh dari perdebatan karena kejelasnya dan mudah difahami oleh pembaca. Sebagai cotoh, ayat yang membicarakan Tauhid, kenabian Muhammad Saw, kewajiban membayar zakat, puasa, haji, haramnya riba, berzina, membunuh, mencuri dan lain sebagainya.

Adapun jenis ayat yang kedua adalah Mutasyabihat (samar-samar atau interpretable)
yang membutuhkan intelektual yang cerdas dan pemikiran yang matang serta ijtihad yang mendalam guna memahami ayat tersebut, itu artinya tidak semua orang memahami ayat Al-Quran dengan mudah, ada ayat-ayat tertentu yang membutuhkan otoritas-otoritas tertentu pula dalam memahami redaksional al-Quran, seperti ayat mutasyabihat yang hanya dapat dipahami oleh -dalam istilah al-Quran- "ar' râsikhuna fi'l ilmi" atau
orang-orang yang berakal.

Prof Dr. Syaid Ahmah Musayyar menuliskan dalam bukunya fatawa al-aqidah Islamiyah bahwasannya Imam Qurthubi dalam Tafsirnya menukil pernyataan salah seroang gurunya yang bernama Abi Abbas Ahmad bin Umar sebagai berikut, "Penamaan mereka sebagai "rasikhin" menunjukkan bahwasannya mereka mengetahui secara menyeluruh tentang ayat-ayat Muhkam dan mereka benar-benar memahami bahasa arab".

Dari sana, maka jelaslah keempat ayat diawal tulisan ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat, dimana hanya mereka yang memiliki kapasitas tertentu saja yang dapat menjelaskan isi dari ayat tersebut. Masih Prof. Dr. Sayid Ahmad Musayyar dalam bukunya yang berjudulu Al-Ilahiyat fi'l Aqidah Al-Islamiyah menuliskan empat cara pandang dalam memahami ayat-ayat Mutasyabihat di kalangan ulama islam; 1. At'Tafwidh, 2.At'Tasybih, 3.At' Ta'wil, 4. Al-itsbat bi'dlawabithihi.

At'Tafwidh
Tafwidh atau dalam bahasa lainnya Menyerahkan segalanya kepada Allah Swt, dalam hal ini, mayoritas ulama klasik (salaf) –generasi sebelum abad kelima hijraiyah, ada juga yang berpendapat mereka adalah tiga generasi awal; sahabat, tabi'in dan at'ba'u tabi''in - lebih condong menggunakan cara pandang tersebut. Dengan demikian mereka (ulama salaf) "lebih selamat" menurut Syihristani, karena mereka menyerahkan makna mutasyabih kepada Allah Swt. Sebagai contoh, surat Thaha ayat 5 yang berbicara mengenai persemayaman Allah swt diatas arsy.

Dari sini, para ulama klasik seperti Sufyat at'Tsauri, Auza'i, Al-Laits bin Sa'ad, Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin Mubarak dan Imam Malik memahami ayat tersebut sebagaimana adanya, artinya Allah Swt bersemayam di atas Arsy, mengenai persemayaman Allah tidak dapat diketahui, melainkan hanya Allah Swt yang mengetahuinya. Hal ini senada dengan catatan Ibnu Khaldun bahwasannya madzhab ulama klasik dalam memahami ayat muatsaybih ialah; menyerahkan segalanya kepada Allah Swt, dan tidak berkomentar mengenai maksud dari ayat tersebut. Biasanya kelompok ini selalu mengatakan prihal ayat mutasyabihat dengan kalimat “hanya Allah yang tahu maksudnya”.

At'Tasybih
Tasybih secara bahasa artinya penyerupaan atau antropomorfisme, maksudanya adalah menyerupakan Allah Swt sebagaimana ciptaan-Nya. Mereka yang memiliki paradigma tasybih ini hanya bersandar pada teks-teks ayat yang termaktub dan menafsirkannya secara literal saja, alasan mereka karena Al-Quran turun dengan bahasa arab yang jelas (bilisânin arabiiyin mubîn). Jadi, cukuplah dengan melihat makna literal ayat dalam memahami ayat muatsyabih.

Sebutlah misalnya ke-empat ayat di awal tulisan ini, para ahli Tasybih berpandangan bahwa Tangan Allah seperti tangan manusia, begitupun Mata, wajah dan bersemeyamnya Allah swt sebagaimana manusia bersemayam.

At'Ta'wil
Pemberian pengertian atas fakta-fakta tekstual dari sumber-suber suci (Al-Quran dan Sunah) sedemikian rupa, sehingga yang diperlihatkan bukanlah makna yang sebenarnya (Hakikat) melainkan makna majazi. cara pandang yang ketiga inlah yang sering disebut dengan metode ta'wil atau Interpretasi metaforis. Ada sekelompok ulama yang berpandangan bahwa metode tasybih dalam memahami ayat mutasyabih sangatlah beresiko buruk bahkan bisa terjerumus dalam kekafiran, yakni penyerupan khalik dengan makhluk.

Maka, para ahli ta'wil beranggapan bahwa mereka (ahli tasybih) belum memahami bahasa arab dengan benar, karena dalam ilmu bahasa arab ada makna yang hakikat dan makna majazi. Jadi, para ulama ta'wil menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan menggunakan makna majazi bukan makna hakikat, berbeda dengan ahli tasybih yang hanya memahami secara tekstual saja sebagaimana keterangan sebelumnya. Sebagai contoh, tangan Allah, para ahli ta'wil mengartikanya sebagai kekuasaan Allah, Wajah Allah sebagai Dzat Allah, Penglihatan/Mata Allah sebagai Pengayoman Allah Swt dan lain sebagainya.

AL-itsbat bi'd Dlawabith
Ada sekelompok dari ulama klasik dan kontemporer yang tidak sependapat dengan ketiga metode (Tafwidl, Tasybih dan Ta'wil) di atas, melainkan menetapkan apa yang telah termaktub dalam Al-Quran (Al-itsbat Bi'd Dlawabith) di antaranya adalah Imam Abu Hanifah, menurutnya dalam kitab Al-Fiqih Al-akbar mengatakan bahwasannya Allah mempunyai tangan dan wajah dan jiwa, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran dan tidak tergambarkan dalam benak ciptaan-ciptanNya (Manusia). Maka dari itu tidak boleh kita berpendapat bahwa tangan Allah adalah kekuasaan ataupun nikmatnya, akan tetapi TanganNya tidak dapat tergambarkan sedikitpun baik bentuk maupun sifatNya.

Gambaran sederhana dari ketiga metode di atas adalah, sebagai berikut, misalnya redaksional Ayat Al-Qura yang berbunyi; “Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka

Ahli Tafwidl mengaatakan, Hanya Allah Swt yang tahu maksudnya, kita tidak boleh menetapkan Allah mempunyai tangan dan tidak boleh menafikannya, juga janganlah berpandangan bahwa ayat tersebut bermakna majazi ataupun hakiki.

Ahli Tasybih berpandangan bahwa Tangan Allah sama seperti Tangan Manusia, karean secara bahasa Tangan adalah tangan, dan dalam gambaran akal tangan manusia lebih rasional untuk digambarkan menjadi tangan Allah.

Ahli Ta'wil berpandangan bahwa tangan Allah di sana adalah kalimat Majazi yang artinya adalah kekuasaan Allah, Ahli Ta'wil ini tidak mengartikan ayat tersebut secara leterlek akan tetapi ada kalimat-kalimat dalam Bahasa Arab yang memiliki makna majaz.

Ahli It'sbat berpandangan bahwa Allah memiliki tangan sebagaimana ditetapkan di dalam Al-Quran dan tidak mengatakan; hanya Allah yang tahu maksudnya, tangan Allah seperti tangan manusia, atau tangan Allah adalah kekuasaan Allah.

Kesimpulan

Dari ke-empat cara pandang di atas, hanya tiga metode saja yang dapat kita jadikan sandaran untuk memahami ayat-ayat mutasyabihat, yakni; Tafwidl, Ta'wil dan Itsbat. Sedangkan cara pandang tasybih sangat tidak relevan bila dijadikan pegangan, karena metode itu sama saja dengan penyerupaan Khalik dengan makhluk.

Mungkin para ahli tasybih lupa bahwa Allah Swt menetapkan diriNya sebagai "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia" (As-Syurâ : 11) "dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas : 4).

Adapun ketiga carapandang lainnya (Tafwidl, Ta'wil dan Itsbat) bisa dijadikan sandaran untuk memahami ayat-ayat mutasyabihat, dengan Tafwidl para pembaca bisa lebih "selamat" karena tidak menafsirkan apapun, hanya menyandarkan makna ayat kepada Allah Swt. Kemudian dengan Ta'wil berarti telah mensucikan Allah Swt dari pengaruh-pengaruh Tasybih, dan terakhir Itsbat merupakan carapandang yang hampir sama dengan Ta'wil, karena, ketika ahli itsbat menetapkan bahwa Allah mempunyai tangan, sedangkan dalam ilmu bahasa hakikat tangan pasti ada struktur tersendiri, baik tulang, jari, daging kulit dan lain sebagainya, maka tentunya bukan tangan seperti itu yang mereka maksudkan. Singkatnya, mereka juga bermaksud memaknakan tangan di sana dengan makna majazi. Wallahu a'lam Bi'shawab

Referensi
• Prof.Dr. Sayid Ahmad Al- Musayyar, Fatawa Al-Aqidah Al-Islamiyah, Maktabah Al-Iman Kairo, Cet. I Thn. 2007
• Prof.Dr Sayid Ahmad Al-Musayyar, Al-Ilahiyat Fi'l Aqidah Al-Islamiyah, Maktabah Al-Iman Kairo Cet. III Thn.2006
• Imam Bajury Tuhfatul Murîd ‘alâ Jauharatu't Tauhid dengan Ta'liq dari Tim Akidah dan Filsafat Universitas Al-Azhar, Thn.2006-2007
• http://quran.al-islam.com
• http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/Takwil1.html

Bookmark and Share

Saturday, June 27, 2009

Mari Peduli Keadilan Bagi Sipil Khojaly - Azerbaijan


Assalamualaikum War. Wab.

Pembantaian yang menimpa masyarakat sipil Khojali Azerbaijan sejak 25-26 Februari 1992 silam, luput dari perhatian dunia. Ratusan jiwa meregang nyawa, ratusan anak-anak kehilangan orang tua, puluhan keluarga dimusnahkan dan ribuan orang disandera disiksa.

Semua itu terus barlangsung hingga saat ini. Upaya penyelesaian membutuhkan dukungan seluruh masyarakat dunia. Untuk itu mari berikan dukungan kita guna mengakhiri penderitaan saudara-saudara kita di sana.

Kepada yang terhormat semua anggota komunitas Azerbaijan dan teman-teman Azerbaijan di seluruh Dunia!

Juctice For Khojaly Campaign

Mohon luangkan waktu 10 detik untuk ikuti langkah-langkah berikut ini.

Terdapat 3 langkah mudah untuk mendukung kampanye KEADILAN UNTUK KHOJALY dan aksi protes terhadap kekerasan yang dilakukan Armenia terhadap penduduk tidak bersalah di kota kecil - Khojaly-, Azerbaijan.

Langkah 1 - Klik link berikut - http://www.justiceforkhojaly.org/?p=signup

Langkah 2 - Tuliskan nama lengkap, negara, kota, e-mail setelah membaca deklarasi perdamaian yang tertera.

Langkah 3 - dan Klik tanda SIGN UP.

Langkah 4 - Tambahan penting - Mohon sebar luaskan pesan kampanye ini, sedikitnya kepada 20 orang dan undang mereka untuk ikut berpartisipasi dalam kampanye ini dengan melakukan SIGN UP pada display deklarasi di link http://www.justiceforkhojaly.org/?p=signup

Terima kasih banyak atas dukungan yang berharga ini.

Tim Kampanye Keadilan untuk Khojaly



Bookmark and Share

Thursday, June 25, 2009

25 Juni 2009

Tepat dua hari yang lalu, aku berkunjung ke rumah salah seorang kawan di Madrasah. Tidak ada yang spesial dalam kunjungan kali ini namun terdapat beberapa kejadian yang berkesan. Sebut misalnya jamuan makan malam (Bakso), sekitar pukul 01.00 dini hari baru bisa disajikan, namun demikian jumlah sendok dan piring tidak sebanyak jumlah orang yang hadir waktu itu. Singkat cerita kami pun makan bakso dengan gembira walaupun sepiring/semangkok bahkan sesendok bertiga.

Kemarin, aku pergi ke KBRI untuk menguruskan visa on arrivel/via travel untuk Muhammad Hamzah Subair, Mantan Kabid Kaderisasi PB-PII 2008-2010. Alhamdulillah, Bapak Abdullah (Konsuler KBRI) sudi membantu PII untuk membuatkan visa tersebut, Jazahullahu khairan katsira.

Sepulang dari kedutaan, aku menggunakan transportasi kereta bawah tanah dari Sa’ad Zaghlul ke Husni Mubarak di daerah Ramses. Di Ramses ini terdapat sesuatu yang baru kulihat dengan mata kepalaku sendiri, seorang wanita paruh baya mengendarai angkot arah ramses ke Hay Sabi‘ sembari berteriak mencari penumpang ke arah tersebut.

Pandanganku terpaku sejenak, aku pun masuk ke dalam tramco (angkot/angdes bisanya disebut tramco di Masisir) tersebut, setelah aku perhatikan sekitarku, ternyata banyak dari masyarakat Mesir sendiri heran dengan pengendali perempuan ini, termasuk polisi lalu lintas yang sempat menanyakan hal tersebut kepada dirinya. Memang setiap orang mempunyai lahan kerjanya masing-masing, namun terkadang realita memaksa untuk “nimbrung” di lahan tetangga.

Rakaat pertama shalat subuh hari ini dibuka sang Imam dengan ayat Al-baqarah mengenai dua malaikat yang diturunkan Allah dengan sebutan Harut dan Marut, dan rakaat kedua ditutup dengan ayat, “Bal Huwa Quranun Majid, fî lauhi’m Mahfudz”.

Tampak sekilas tidak ada hubungan diantara kedua ayat tersebut, namun aku menyadari ketetapan Allah menurunkan Harut dan Marut jauh-jauh hari telah tercatat dalam “papan ketetapan segala sesuat” yang sering kita sebut “lauh mahfudz”. Tidak hanya Harut dan Marut, nama Andy Hariyono dengan CathaR ini pun tercatat dengan rapi di papan tersebut. Dan ketika anda membaca CatHar ini, Maka itu pun tertulis indah di sana. Rabbi habli hukman wa alhiqni bi’s shâlihîn, wa’j ‘al li lisâna shidqin fi’l âkhirîn

Bookmark and Share

Tuesday, May 12, 2009

Sejarah PII Mesir

Periode 1996-1998.

Kehadiran rakanda Hakam Naja (mantan Ketua Umum Pengurus Besar PII periode 1995-1998) ke Mesir pada tahun 1996 merupakan embrio ataupun gagasan berdirinya Perwakilan PII Republik Arab Mesir. Kedatangan beliau ke Mesir, selain ziarah kepada keluarganya yang sedang belajar di Mesir, juga lawatan beliau ke beberapa negara sebagai financial Secretary di IIFSO (Islamic Federation of Students Organization). Pada awalnya, lontaran ide dari rakanda Hakam Naja nyaris kandas, karena kurang mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia Cairo. Bahkan rapat perdana hay’ah ta’sîsiyah (perhimpunan pendiri) sempat terancam gagal, karena banyak person yang menyatakan abstain dengan ide pendirian perwakilan PII di Mesir. Sikap abstain muncul merupakan akibat dari sikap pro-kontra terhadap rencana pendirian Perwakilan PII, baik dikalangan Keluarga Besar PII, maupun dari kalangan masyarakat Indonesia Cairo.

Mereka yang setuju berdirinya PII, karena memandang visi dan misi PII yang tetap eksis dan istiqâmah di orde baru. Sedangkan yang tidak setuju, mereka beralasan khawatir kehadiran PII akan mengancam dan menyaingi keberadaan organisasi yang lain yang rata-rata aktifis PII duduk pada posisi strategis di berbagai organisasi Cairo dan takut PII akan mempersempit peta gerakan organisasi mahasiswa di Mesir. Juga alasan yang paling mendasar adalah karena PII dalam Anggaran Dasarnya masih menolak asas tunggal Pancasila. Pada waktu itu reformasi belum bergulir dan eksistensi PII masih dipandang sebagai “anak nakal” di mata penguasa karena menantang UU No 8 tahun 1995. Saat itu PB PII sedang melakukan registrasi ke Departemen Dalam Negeri sebagi proses legalisasi kelembagaan PII yang sempat dibekukan oleh pemerintah.

Al-hamdulillâh, berkat rahmat Allah dan kegigihan para hay’ah ta’sîsiyah dan Ketua Umum PB PII, dalam melobi pihak-pihak yang kurang setuju lahirnya Perwakilan PII, maka pada hari 1 Syawwal 1417 H diselenggarakan sebuah pertemuan dan saudara M. Acung Wahyudi terpilih secara aklamasi dan kekeluargaan sebagai Ketua Umum Pengurus Perwakilan periode 1996-1998. Para kader PII berusaha meyakinkan pihak-pihak yang kurang menerima kehadiran Perwakilan PII Mesir. Bahkan, kanda Hakam Naja bersedia datang ke Mesir yang kedua kalinya untuk hal tersebut. Sebagai langkah awal dalam mensosialisasikan Perwakilan PII Republik Arab Mesir, maka pada tanggal 1 November 1997 digelar acara silaturrahmi dan temu kader PII yang bertema: “Pemberdayaan Kader PII menghadapi era globalisasi untuk memenangkan kompetisi antar bangsa” di rumah salah seorang home staff KBRI, juga sebagai Keluarga Besar PII, bapak MHK. Wiharja Atmaja. Selanjutnya tanggal 1 November 1997 inilah Perwakilan PII Republik Arab Mesir secara resmi berdiri.

Pada periode ini, program lebih banyak difokuskan pada konsolidasi internal. Baru setelah turun SK dari PB nomor: PB/sek/02/VI/1419-1998 bahwa Mendagri; Letjend. Pur. Syarwan Hamid telah menyatakan legalitas PII di tanah air yang secara yuridis formil dapat melaksanakan segala aktivitasnya kembali setelah masa kevacuman sejak tahun 1987. Maka Perwakilan PII berusaha mensosialisasikan legitimasi ini sekaligus melaporkannya  ke pihak yang terkait, yaitu Duta Besar RI bapak Dr. Nur Hasan Wirayuda dan Atase Pendidikan, Kepala Bidang Penerangan, Kabidpol dan Atase Pertahanan KBRI Mesir. Sejak inilah Perwakilan PII mulai berkiprah secara eksternal di Mesir.

Periode 1998-2000.

            Pada tanggal 1 November 1998 diselenggarakan Konferensi I Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir, maka Kemimpinan fatrah ta’sîsiyah yang diketuai oleh M. Acung Wahyudi berakhir dan terpilihlah saudara Abdullah Hakam Syah sebagai Ketua Umum Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir Periode 1998-2000.

            Dengan slogan “Tandang ke gelanggang meski seorang” periode ini mulai menata Perwakilan PII Republik Arab Mesir. Pada tahun pertama pada periode ini, program kerja dan pola pergerakan organisasi lebih ditekankan pada empat kebijakan umum, yaitu: pertama, membangun network ke berbagai pihak yang berkompeten. Baik itu para perwakilan RI di Mesir; para diplomat KBRI, masyarakat Indonesia Mesir, ataupun ke PB PII di Jakarta, dan ke Keluarga Besar PII, kedua: melakukan konsolidasi internal dengan intens merangkul kader-kader PII yang sedang belajar di Mesir, ketiga: meneguhkan citra PII di tengah-tengah masyarakat/mahasiswa Indonesi Mesir, dan keempat: melobi para KB PII dalam menggalang dana organisasi.

            Dengan empat kebijakan itu, al-hamdulillâh, keberadaan PII di Mesir mulai diperhitungkan. Apalagi setelah kehadiran rakanda Djayadi Adnan (Mantan Ketua Umum PB PII Periode 1998-2000) Perwakilan PII mendapat kepercayaan untuk membina siswa-siswi Sekolah Indonesia Cairo (SIC).

Follow up dari kebijakan dan hasil tahun pertama, Pengurus Perwakilan PII Mesir periode 1998-2000 menekankan program kerja

pada penguatan basis pelajar di Sekolah Indonesia Cairo (SIC). Diantara kegiatan yang digelar yaitu Pesantren Kilat (baca; Training) Ramadlan disingkat PKR. Kemudian dari acara PKR ini dilanjutkan dengan kegiatan rutin dwi mingguan dalam bentuk Forum Pacu Prestasi Studi (Forpasdi), tadabbur alam, qiyam al-lail, diskusi remaja, dll.

            Juga pada periode ini, secara aktif meneguhkan citra PII di Masico dan lembaga keilmuan-keislaman di Mesir. Bahkan, kedatangan rakanda Djayadi diterima baik oleh beberapa institusi dan individu, diantaranya Fahmi Huwaedi (kolomnis senior Mesir), IIIT, Lembaga Riset al-Ahrâm, Grand Syaikh al-Azhar, dll.

Periode 2000-2002.

            Periode ini mulai pada tanggal 1 November 2000, tepatnya pada acara Konferensi II Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir di sekretariat PII di al-Hayyu al-Sâbi’. Estafeta kepemimpin dilanjutkan oleh ketua terpilih, yaitu Ramat Tahir.

            Sebuah harapan, periode ini akan melakukan gebrakan-gebrakan baru, atau minimalnya akan melanjutkan hasil-hasil yang telah dicapai dari dua periode sebelumnya. Hanya saja, sejarah berkata lain. Perwakilan PII Republik Arab Mesir hampir layu sebelum berkembang, atau dengan kata lain, “Hidup segan matipun tak mau”.

            “Bila benda bengkok, maka bayangannya pun akan ikut bengkok.” Pepatah ini berlaku pada periode ketiga Perwakilan PII Republik Arab Mesir. Karena Ketua Umumnya kurang konsentrasi menjalankan roda organisasi, maka para pengurus dan anggota PII yang lainpun satu persatu surut dari dinamika pergerakan Perwakilan PII Mesir. Lebih parahnya lagi, setelah kepulangan Ketua Umumnya ke Indonesia tanpa “pamit” dan tidak melimpahkan jabatan dalam bentuk apapun, baik itu di PJS-kan, atau mengundurkan diri, atau didelegasikan. Yang jelas kepulangan Rahmat Tahir ke Indonesia secara organisatoris tidak memberikan mandat apa-apa.

Diperparah lagi, para pengurus teras atasnya; Badan Pengurus Harian (BPH), tidak mengambil alih tugas Ketua Umum. Pengurus Perwakilan PII Republik Mesir Periode 2000-2002 tak ubahnya anak Ayam yang kehilangan induknya.

            Akhirnya, aktivitas Perwakilan PII menjadi surut. Program pembinaan siswa-siswi SIC menjadi agak mandeg. Kegiatan yang digelar hanya beberapa kali saja. Jangankan untuk menggelar acara-acara, rapat pengurus saja sangat jarang.

 

Periode 2002-2008.

 

            Konferensi III Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir pada tanggal 14 September 2002 di Wisma Nusantara Cairo, menjadi tonggak kepemimpinan Pengurus Perwakilan PII Republik Arab Mesir periode 2002-2004. Konferensi yang bertema, “Reaktualisasi Tri Komitmen PII Sebagai Tranformator Peradaban Islam”, memberikan amanat kepada Udo Yamin Efendi Majdi untuk memimpin kepengurusan selanjutnya.

            Diawali dari periode ini sejarah pergerakan PII Mesir kembali muncul ke permukaan, diantaranya adalah; memperjelas ladang garap Perwakilan PII Mesir yakni, SIC (Sekolah Indonesia Cairo), Mahasiswa Indonesia Kairo dan Umat; yaitu beberapa kader PII yang tersebar juga di beberapa perwakilan organisasi massa (Ormass) Islam antara lain NU (Nahdlatul Ulama), Persis (Persatuan Islam), Muhammadiyyah dan Al-Washiliyah, kemudian terselenggaranya latihan kepemimpinan yang bernama Leadership Traning for Studant (Leadtras) I bagi masisir.

Hingga pada akhirnya Konferensi IV PII Mesir pun diselenggarakan pada tanggal 26 Juli 2004 di tempat yang sama. Saudara Aulia Ulhaq Marzuki sebagai ketua terpilih periode 2004-2006 melanjutkan estafeta kepengurusan sebelumnya, yakni mempertegas kembali ketiga lahan garap PII. Muktamar Nasional (Muknas) XXIV PII di Banjarmasin memberikan kado tersendiri bagi PII Mesir berupa perubahan nama dari Perwakilan (Pwk) menjadi Pengurus Wilayah Istimewa (PWI). Perubahan tersebut sedikit banyak turut memperngaruhi pola kerja PII Mesir waktu itu, diantarannya adalah sistem training yang sebelumnya bernama leadtras dapat difollow up menjadi Leadership Basic Training (LBT) PII. Namun pada Muknas XXV di Samarinda status PWI untuk PII luar negeri kembali menjadi Pwk.

 Konferensi Perwakilan V (saat itu bernama Konferensi Wilayah Istimewa) pada tanggal 02 Juli 2006 pun tiba, Saudara Rashid Satari meneruskan kepemimpinan saudara Aulia Ulhak Marzuki untuk periode 2006-2008. Konferensi perwakilan kali ini memberikan berbagai amanah kepada pengurus yang terangkum dalam Master Plan untuk dua periode (empat tahun) hingga 2010. Beberapa diantaranya direkomendsikan kepada kepengurusan saudara Rashid Satari yaitu kaderisasi Pwk PII Mesir untuk menghasilkan kader-kader instruktur yang dapat menjalankan sistem ta’dib par exellence, pembentukan komunitas bahasa asing dan pelaksanaan Advanced Leadership Traning (ALT).

Walaupun ALT belum bisa terlaksana dikarenakan oleh beberapa sebab, kepengurusan periode kali ini akhirnya mencari alternatif lain yakni, pelaksanaan Leadership Intermediate Trainig (LIT) yang pertama kalinya di Mesir, dan sebagai follow up dari trainig sebelumnya, yakni LBT. Disamping itu pembentukan komunitas bahasa asing pun dapat terlaksana dengan terbentuknya Lembaga Bahasa Asing PII Mesir atau lebih dikenal dengan Language Community (LC) PII. Keberadaan LC sendiri menjadi salah satu pintu gerbang bagi Masisir untuk mengenal PII sehingga pada tanggal 09, 11 dan 14 April 2007 terselenggara acara massif  Debete Contest and English Fun Day” yang bekerja sama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Mesir, Bapak Drs.Slamet Sholeh, M.Ed dan ditujukan bagi Masisir termasuk para Pelajar di SIC, kemudian diskusi bahasa arab dan inggris pada tiap minggunya juga mengadakan kursus bahasa Mandarin. Selain itu PII Mesir periode 2006-2008 pun ikut berpartisipasi aktif bersama PPMI dalam hajatan besar lokakarya (12-13 April 2008) sebagai upaya memetakan permasalah dan solusi atas problem akademis Masisir.

Kehadiran Website PII Mesir baru dapat diakses pada periode kali ini setelah dua tahun sebelumnya lauching di Mesir, dengan situs www.pii-mesir.org disamping adanya milis PII Mesir yang menjadi wadah silaturahim on line kader dan Keluarga Besar (KB) PII baik yang berada di Mesir maupun Indonesia juga di negara-negara lainnya seperti Malaysia, Jepang dan Amerika Serikat.

Konferensi Perwakilan VI PII Mesir pada tanggal 14 Agustus 2008 di Aula Pasangrahan Jawa Barat menjadi akhir masa kepengurusan saudara Rashid Satari, dengan terpilihnya saudara Andy Hariyono sebagai ketua Umum Pwk PII Mesir periode 2008-2010. Sebagai Mendetaris konferensi VI, periode kali ini masih melanjutkan amanah master plan baik yang belum terlaksana dari periode sebelumnya, juga agenda master plan yang telah dirancang dua tahun sebelumnya untuk diselesaikan pada perode kali ini, diantaranya adalah; Kaderisasi pada tahap kwantitas kader dan kaderisasi pada tahap meningkatkan kwalitas kader dari segi keislaman, keilmuan keintelekualan dan skill individu serta mengupayakan terlaksananya Advanced Leadership Traning (ALT) dan Pendidikan Instruktur Dasar (PID) di Mesir.


Bookmark and Share

Monday, May 4, 2009

4 Mei di Mesir; Harba PII Ke-62

Bismillah, Zayyukum sahabat² PII, Semoga Allah Swt memperlancar Imtihan kita semua nantinya... Amin...

4 (Empat) Mei merupakan salah satu tanggal bersejarah bagi organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII), dimana 62 tahun sudah Kebangkitan PII, dan kembali dipertanyakan saat ini. Untuk itu, di sela-sela ujian, mari kita sisihkan doa untuk PII (Baik para kadernya maupun Institusinya) agar tetap menjaga manhaj "pemersatu ummat", sebagaimana spirit para pendiri organisasi ini.

Mungkin perayaan Harba (Hari Bangkit) di Mesir tidak semeriah di Indonesia, dikarenakan setiap bulan Mei mayoritas pelajar Indonesia di negeri ini menghadapi Imtihan untuk term II. Namun demikian, saya yakin bukan berarti sahabat-sahabat PII Mesir melupakan jasa PII selama 62 tahun terhadap Indonesia, sebut misalnya ketika ummat Islam berada dalam garis perpecahan yang terbilang "kritis" PII bangkit untuk menyembuhkan "penyakit" tersebut, ketika komunisme meracuni pemikiran bangsa Indonesia, PII berada di garda depan membangkitkan semangat ke-Islaman, ketika andil PII diakui oleh almarhum Jenderal Soedirman (Panglima Besar Angkatan Perang RI) pada resepsi Hari Bangkit (HARBA) I PII, 4 Mei 1948 hatta Presiden Soeharto pun tak luput mengakui andil PII terhadap Negara, dan ketika-ketika yang lainnya...

Dari sana, para kader PII Mesir di Harba kali ini, mari kita bangkitkan kembali semangat Kepelajaran, KeIslaman dan KeIndonesian di bumi kinanah ini. Jangan sampai kita "buta" akan realita umat Islam. Di sana ada pemimpin bermental koruptor, Imam-imam bermental "statistik" yang telah menarifkan ayat² Allah Swt, pelajar yang telah terkontaminasi oleh pornografi dan lain sebagainya.

Fenomena sederhana di atas, hanyalah secuil dari problem ummat yang menjadi PR besar bagi PII dalam pembentukkan future generation, dimana mereka inilah yang nantinya menjadi generasi Rabbi Radiyya , yang mana jikalau mereka menjadi pemimpin tidak bermental korup, imam yang ikhlas berdakwah, pelajar yang dapat membentengi dirinya dari radikalnya informasi pornografi, dan tentunya generasi yang membentuk "kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam".

Akhirnya, mari kita berdoa kepada Allah Swt  di akhir sujud shalat² kita, "Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya" (Al-Muzammil : 20) demi perjuangan yang akan kita tempuh bersama. Selamat Hari Bangkit PII ke-62

Nanjah ma‘an Insya Allah

~Andy Hariyono~


Bookmark and Share

Saturday, May 2, 2009

Ribuan Warga Di Jatim Terkena HIV AIDS


Kamis, 30 April 2009 12:53

Surabaya (SuaraMedia) - Kabar ini disampaikan Saifullah Yusuf saat membuka rapat konsultasi HIV/AIDS di ruang Binaloka, Kantor Gubernur Jatim, di Surabaya.

Karena itu, pihaknya terus mendorong Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jatim agar masalah HIV/AIDS ini ditangani secara terus-menerus dan menyeluruh.

“KPA harus terus melakukan identifikasi, baik nama maupun alamat pengidap, untuk mendapatkan penanganan intensif, baik secara medis, psikologis, spiritual, maupun kultural,” kata Saifullah Yusuf.

Menurut ia, selama ini ia hanya mendapatkan data pengidap HIV/AIDS dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim yang jumlahnya mencapai 2.737 orang, sebanyak 612 orang di antaranya meninggal dunia.

Dari jumlah tersebut, mayoritas pengidap tersebar di 20 kabupaten/kota di Jatim. “Ada beberapa daerah yang harus diwaspadai, seperti Surabaya, Malang, Kota Pasuruan, dan lain-lain,” ucap Saifullah Yusuf.

Dinkes Jatim memberikan perhatian khusus pada penderita HIV/AIDS yang masih berusia anak-anak. Sebab, seiring dengan peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun, kejadian pada anak di bawah umur juga semakin bertambah.

Kasus HIV/AIDS di Jatim yang ditemukan sejak tahun 1989 hingga Maret 2009, terdapat 86 penderita dengan kualifikasi usia di bawah 19 tahun. Banyaknya penderita HIV/AIDS di bawah umur tersebut sekaligus sebagai indikasi bahwa penyakit HIV/AIDS penyebarannya telah merata. Tidak hanya di usia dewasa dan produktif, namun telah merambah pada usia nonproduktif.

Saifullah Yusuf berpendapat, meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di Jatim bukan berarti bahwa program yang dijalankan selama ini gagal.

“Justru kami melihat petugas dapat mendeteksi penyakit tersebut lebih dini, bahkan penderita bayi dan anak-anak pun diketahui,” katanya.

Hanya saja, dia menganggap, data yang dimiliki pemerintah saat ini adalah data pengidap yang terdeteksi.

“Kami yakin masih banyak penderita lain yang belum terdeteksi. Sebab banyak kasus yang belum terungkap, dan jumlah yang belum terdeteksi itu bisa diibaratkan sebagai fenomena gunung es,” katanya menuturkan.

Dalam kesempatan itu, Saifullah menambahkan, Pemprov Jatim merintis penyusunan Peraturan Daerah (Perda) Antimaksiat. Hal itu dimaksudkan untuk menekan angka kemaksiatan di Jatim. “Itu sesuai dengan cita-cita Pemprov Jatim, yakni Jatim Makmur dan Berakhlak,” katanya.

Perda larangan maksiat ini sebagai tahap awal akan diterapkan di Pulau Madura, setelah jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) resmi beroperasi.

“Silakan para investor mendirikan pabrik-pabrik di Madura, tetapi kami melarang mereka membuka rumah-rumah diskotik atau tempat-tempat pelacuran, karena hal ini tidak sesuai dengan budaya masyarakat setempat,” tegas Saifullah Yusuf.(hdt) SuaraMedia.Com

Sumber


Bookmark and Share

Tuesday, April 28, 2009

Tasawuf Apaan sih??

Pengertian mengenai tasawuf sangat variatif, tergantung mereka -Orang yang bertasawuf- yang menggeluti ilmu ini, karena setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda terkait dengan hubungannya secara vertikal terhadap sang Pecipta, yaitu Allah Swt.

Tidak sedikit ayat Al-Quran yang mengajak kepada tasawuf, dalam artian Tasawuf juga termasuk Ibadah kepada Allah Swt, sedang ibadah itu ada yang bernilai fardlu dan nafilah, dengan ibadah fardlu semakin mendekatkan hamba kepada Allah Swt, sedang nafilah menambah kecintaan kepadaNya. Sebut misalnya disini untuk ibadah fardlu, Shalat 5 waktu, Puasa Ramdlan, membayar zakat, berbakti kepada kedua orang tua, menjauhi zina dan lain sebagainya, untuk nafilah seperti shalat Tahajjud, mengucapkan salam terhadap sesama, memberikan senyuman, menghormati yang tua menyayangi yang muda dan lain-lain.

Ada yang mengartikan tasawuf itu dengan akhlak, jikalau akhlaknya bertambah baik maka nilai taswauf juga ikut bertambah. Begitu pula dengan zuhud dimasukkan juga dalam pemaknaan tasawuf , zuhud kepada hal-hal yang haram hukumnya jelas wajib akan tetapi dalam hal-hal yang halal menjadi sunah (Baca: sah-sah saja).

Berikut adalah firman-firman Allah yang termaktub dalam Al-Quran mengenai Tasawuf; dalam hal ibadah, “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Al-Hijir: 99), “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan” (Al-Muzammil: 8), “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridlaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Al-Hadid : 20).

Dalam suatu riwayat ketika turun firman Allah Swt, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)” (Al-Muzammil: 1-2) para sahabat-sahabat nabi Saw bangun untuk melaksanakan shalat selama kurang lebih setengah malam pada tiap-tiap malam dengan tekun. Hal ini berlangsung selama setahun hingga menyebabkan kaki mereka bengkak-bengkak, maka turunlah ayat berikutnya yang memberikan keringanan untuk bangun malam dan mempersingkat bacaan, “Seungguhnya Tuhanmu mengetahui bawasannya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang berama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran,. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa aja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Muzammil : 20)

Dan satu lagi hadits riwayat Annas yang menyebutkan bahwa ada 3 orang yang datang ke rumah istri-istri Nabi Saw untuk menanyakan prihal ibadahnya, sembari membanggakan amalan mereka satu persatu. Mereka pun ada yang berkata ; “Saya selalu shalat”, kemudian ada yang berkata; “saya selalu berpuasa setiap hari dengan tidak berbuka”, dan yang terakhir; “saya berlepas diri dari perempuan dan aku tidak akan pernah menikah” Kemudian Rasulullah Saw datang kepada mereka dan berkata “Apakah kalian yang berkata seperti ini dan seperti ini (masudnya pernyataan mereka seperti di atas), maka sabda Rasul Saw; “Demi Allah aku lebih takut dan lebih bertakwa kepada Allah dari pada kalian, akan tetapi aku tetap berpuasa dan berbuka, dan akupun shalat juga tidur, dan aku juga menikah dengan perempuan, barang siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukanlah bagian dariku”

Adapun istilah bahwasannya tasawuf berasal dari kata sufi adalah istilah yang muncul belakangan, Abu Hasyim Al-Kufi (W. 150 H) adalah orang yang pertama kali memploklmirkannya. Perkembangan ilmu tasawuf secara garis besar terbagi menjadi dua; pertama mereka yang tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunnah, kedua mereka yang telah terpengaruh dengan Filsafat hindu, Persia dan Yunani. Setelah tasawuf diminati oleh banyak masyarakat muslim, maka tasawuf menjadi disilplin ilmu tersendiri, dan tidak sedikit pandangan-pandangan mengenai ilmu ini yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah.

Dari sana para ahli tasawuf terdahulu sangat menjaga sunah Rasul Saw dalam bertasawuf dan menjauhi perbuatan bid’ah, Imam Junaid bertutur, “Ilmu (tasawuf) kami ini berpegang pada Al-Qur’an dan Sunah, barang siapa yang tidak mengetahui al-Quran dan Sunah makah jangan sekali-kali ia berbicara mengenai ilmu ini”. Dan Sahal bin Abdullah At’Tastari pun berkata, “setiap rasa cinta yang tumbuh tanpa didasari dengan Al-Quran dan Sunah maka cinta itu akan sia-sia saja, dan setiap amalan bid’ah hanya menyiksa diri, dan setiap perbuatan tanpa adanya panutan hanyalah tipu daya bagi diri sendiri”.

Dari berbagai sumber

Saturday, April 25, 2009

3 Jenis Sabar

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikat harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (Imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Al-Baqarah :177)

Perbincangan mengenai topik kesabaran mungkin sudah sering terdengar di sekitar kita, namun dalam realita kehidupan, aplikatif kesabaran sangat jarang kita temukan. Baru-baru ini bangsa Indonesia kembali tertimpa musibah, belum terselesaikan kasus Lapindo yang masih menjadi “PR” Pemerintahan SBY dan JK, disusul dengan situ gintung yang memakan puluhan korban, Ribuan rumah di Tanjung balai Sumut terendam banjir, Gempa di Palu, gempa Manokari Papua Barat dan beberapa bencana lainnya.


Tampak sekilas di pandangan kita, bahwa para korban bencana itu membutuhkan pertolongan dari saudara-saudara di sekelilingnya, namun secara tidak langung mereka yang terkena musibah sebenarnya telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi bangsa ini. Kesabaran.

Adalah sabar yang berarti menahan diri terhadap sesuatu yang negatif untuk mendapatkan hasil yang positif. Islam menempatkan kesabaran pada posisi yang strategis sehingga output orang-orang yang bersabar mendapat jaminan surga dari Allah Swt. Kembali ke ayat di atas, Allah Swt membagi kesabaran dalam 3 jenis; sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Sabar dalam hal kesempitan, atau contoh konkritnya dalam keadaan fakir, dalam hal ini seseorang bekerja untuk memenuhi kehidupannya akan tetapi penghasilan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan tersebut, namun ia tetap ridla terhadap pemberian Allah Swt, tidak mencuri, tidak mau disogok, tidak merampas hak yang bukan miliknya, dan tidak menzalimi orang lain Hakim meriwayatkan hadits dari Rasullah Saw yang maknanya “... dan janganlah karena ketertundaan rizki menuntutmu untuk mendapatkannya dengan bermaksiat kepada Allah, karena hanya ketaatanlah yang dapat menerima segala sesuatu dari sisi Allah Swt

Kedua sabar dalam penderitaan, seperti dalam keadaan sakit, terkena musibah dan lain sebagainya. Setiap mereka yang terkena musibah dalam pengertian sabar yang kedua ini hendaknya jangan berputus asa dari rahmat Allah Swt, bukankah Imam Bukhari pernah mengeluarkan hadits Rasul Saw yang maksudnya, setiap muslim yang tertimpa musibah apa pun bentuknya maka, Allah Swt akan menghapuskan dosa-dosa kecil darinya.

Terakhir Sabar dalam keadaan perang, mari menyimak sejenak arti firmah Allah berikut; “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (Q.S. Al-Anfal : 45)

Dari berbagai sumber...




Bookmark and Share

Sunday, April 19, 2009

Dini Hari Bersama Al-Bajury

Hari ini saya membuka kembali diktat Ilmu Tauhid tingkat I fakultas Ushuluddin, Tuhfatu’l Murid ‘ala Jauharatu’t Tauhid, karangan Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad Al-Bajury (1198 – 1277 H/1784-1860 M), Syaikh Universitas Al-Azhar, seorang fakih madzhab Syafi’i. Al-Bajury dinisbatkan pada nama salah satu desa di daerah El-Manufiyah, Mesir.


Buku tersebut merupakan penjelasan dari buku Jauharatu’t Tauhid yang dikarang oleh Imam Abu’l Imdad Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan Al-Laqani, seorang ulama Mesir bermadzhab Maliki, ahli filsafat Agama (Ilmu kalam). Nama Al-Laqani dinisbahkan kepada salah satu desa di daerah Al-Bahirah di mesir, dan Al-Laqani juga dijuluki Burhanuddin.


Buku yang menjelaskan 144 bait syair Al-Laqani ini memiliki penjelasan yang luar biasa mengenai tauhid aliran Asy’ariyah, yaitu suatu aliran ilmu kalam yang banyak dipahami oleh umat Islam saat ini. Salah satu contohnya, ketika saya membaca permulaan bait syair-syair tersebut pensyarah (Penjelas, dalam hal ini Imam Al-Bajury) telah mengenalkan beberapa tokoh-tokoh Islam klasik, diantaranya:


Imam As’ Syatibi seorang Imam ahli qira’at yang namanya Al-Qasim bin Fiyurah bin Khalaf bin Ahmad Ar Ra‘iny, dilahirkan di Syatibah (Jativa) Andalusia dan wafat di Mesir tahun 590 H/1194 M. Beliau adalah seorang ahli Ilmu Tafsir, Hadits dan Bahasa. Kemudian Az’ Zamakhsyari seorang ulama Muktazilah yang bernama Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad Az’ Zamakhsyari, seorang ahli Tafsir, Bahasa, Adab, dilahirkan di Zamakshyar salah satu desa di Khwarizm, salah satu karya fenomenalnya adalah Tafsir Al-Kasyaf, Asrarul’ Balaghah, Al-Faiq fi Gharibil’l Hadits. 

Imam Sanusi yang bernama Muahammad bin Yusuf bin Umar bin Syuaib As’ Sanusi, karyanya yang berjudul Akidah Ahlu’t Tauhid (Akidah al-Kubra) dan Ummul Barahin (Akidah As’ Sughra), Syarhu Liummiyati’l Jazairy fi’t Tauhid, dan Mukhtashar fi ‘ilmi’l Manthiq. Zakaria bin Muhamad bin Ahmad bin Zakaria Al-Anshari Al-Mashri As-Syafii Abu Yahya. Wafat 682 H. Mas‘ud bin Umar bin Abdullah At’ Taftazani Sa’adu’d din, Imam dalam Ilmu Mantiq, Kalam, Balaghah dan Ilmu Bayan. Lahir di daerah Taftazani di Negeri Khurasan, diantaran karya-karyanya adalah; Tahdizibul Mantiq wa’l Kalam, Maqashidu’t thalibin fi ‘Ilmi Ushuli’ddin W. 139 H. Muhammad bin Ahmad bin Hamzah. Syamsudin Ar Ramly, seorang ulama bermadzhab Syafi’i. Ar-Ramly dinisbahkan kepada nama salah satu daerah di Mesir yang bernama Ramalah, W. 1004H/ 1596 M. Ibnu Hajar, yang nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitsami Syihabu’d din Syaiku’l Islam, W. 974 H. Ibnu Abdul Bar: Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Bar An’ Namry Al-Qurtubi Al-Maliki Abu Umar, dijuluki Hafidz Al-Maghrib, W. 463 H. Al-Baidhlawi: Umar bin Abdullah bin Umar bin Muahammad Nashiruddin, seorang ulama ahli Tafsir, Mantiq, Kalam dan Ushul, Al-Baydha dinisbahkan kepada nama daerahnya di Paris, W. 597 H. Al-Jauzy: Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzy Al-Quraisy Al-Baghdady, ia memiliki sekitar 300 karya diantarannya; Al-Adzkiya, Manaqib Umar bin Abdul Aziz, Talbisu Iblis, Al-Muntadzham fi Tarikhi’l Muluk wa’l Umam, Al-Wafa fi Fadlailil Musthafa, W. 597 H. Al-Amir: Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdul Qadir As Simbawi, seorang ulama Al-Azhar bermadzhab Maliki, terkenal denga amir karena kakeknya berkuasa dalam bidang pertanian di Mesir, W. 1232. Asy’ Syinwani : Muhammad bin Ali bin Mansur Asy’ Syinwani, W. 1233. Al-Yusi: Al-Hasan bin Masud bin Muhammad Abu Ali Nurud’ din dari Bani Yusi di Maghrib Al-Aqsha. Asyihab Al-Malawi : Ahmad bin Abdul Fatah bin Yusuf bin Umar Al-Malawi Al-Majiri Abu’l Abbas Syihabu’d din seorang ulama Al-Azhar bermadzhab Syafi’i, lahir dan wafat di Kairo, diantara karya-karyanya; Arjuzatu fil’mantiq, Syarhani limutuni’s Silmi fi’l Mantiq, W. 1181H. 

Ibnu’l Arabi : Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Al-‘Afiry Al-Isybili Al-Maliki, seorang Mujtahid dalam ilmu-ilmu Agama, serta pengarang beberapa buku Hadits, Tafsir, Fikih, Ushul, Adab dan Sejarah, diantara karya-karyanya adalah; Al-‘Awashim mina’l Qawashim, Ahkamu’l Qur’an, Qanun Ta’wil, W. 543 H. Abdul Aziz bin Abdu’s Salam bin Abi’l Qasim bin Husain As’Silmi Ad’ Dimisqi ‘Izzu’d din, diantara karya-karyanya adalah; Qawa’idul Ahkam fi Ishlahi’l Anam, W. 660 H. As’ Suja‘i: Ahmad bin Ahmad bin Muhammad, nama Sujaiyah dinisbahkan kepada nama sebuah desa di sebelah barat Mesir, W. 1197 H. Abu Muhammad Al-Juwaini: Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Abu Muhammad, seorang ahli Tafsir bahasa dan ia adalah putra dari Imam Haramain Aljuwaini, W. 438.

Demekianlah nama beberpa tokoh-tokoh klasik yang dapat kita kenal melalui pembukaan buku Penjelas Jauharatu’t Tauhid tersebut. Semoga keyword ini bermanfaat...

Bookmark and Share

Thursday, April 16, 2009

Ulang Tahun PPWS tanggal 4 April 2009 Dan Bincang Santai HAKPW Dengan Tema "Memotret Ngabar 2030"

Andy Hariyono selaku moderator acara “Bincang Santai” ini mempersilahkan dua pembicara Ngabarian untuk menempati tempat yang sudah dipersiapkan oleh panitia, mereka adalah; Saudara Ahmad Tirmidzi, Lc dan Saudari Desi Hanara. Kedua pembicara tersebut memberikan pemaparan tema berbeda mengenai pondok pesantren "Wali Songo" (PPWS), yang pertama lebih menekankan histori PPWS itu sendiri sedang yang ke dua, saudari Desi Hanara menganalisa Ngabar 2030.

Saudara Ahmad Tirmizi, Lc tidak lagi menjelaskan secara terperinci mengenai histori berdirinya PPWS karena ia memandang para hadirin sudah pada mengetahui hal tersebut, akan tetapi yang lebih ditekankannya adalah; bagaimana kita melihat masa lalu untuk menatap masa depan. Pelajaran yang diambilnya adalah spirit dari pendiri PPWS untuk mendirikan lembaga pendidikan yang berbasiskan pondok pesantren (Islam). Para pendiri memeliki spirit "ber-Islam" yang kuat sehingga rasa ingin menyebarluaskan dakwah Islam dan meninggikan kalimat Allah inilah yang menjadi cikal-bakal (spirit) berdirinya PPWS.

Dari sana Bang Mizi -panggilan akrabnya- menghimbau para alumni agar selalu menjaga spirit tersebut agar pelajaran yang diberikan sejarah tidak berlalu begitu saja. Di samping itu faedah dari review ulang histori PPWS ini adalah dapat mengetahui bersama posisi para alumni, karena tipe manusia dilihat dari sisi sejarah hanya dua macam saja; pertama Pelaku dan kedua penonton. Setelah melihat perkembangan sejarah, ternyata tidaklah banyak dari mereka (manusia) yang menjadi pelaku sajarah, dari sana perlu tekad dan kemauan yang kuat untuk terus berusaha agar para alumni dapat menjadi pelaku sejarah yang diinginkan.

Setelah Bang Mizi menyelesaikan penyampaiannya kemudian Saudara Andy Hariyono mempersilakan pembicara ke dua, yakni saudari Desi Hanara untuk memaparkan potret Ngabar 2030. Dengan Tujuh menit kedepan sisa waktu menjelang shalat Maghrib berjama'ah.

Saudari Desi mengajak para alumni untuk memotret Ngabar bersama, karena sangat jarang para alumni yang kritis dalam menilai PPWS itu sendiri. Dengan penjelasan mengenai konflik internal yang terjadi di Ngabar sampai pendidikan yang berkembang saat ini. Setelah pemaparan yang panjang saudari Desi Hanara sangat optimis akan kemajuan Ngabar ke depan terlebih setelah terpilihnya Pimpinan Pondok saat ini.

setelah kedua pembicara memberikan pandangannya, moderator memberikan waktu istirahat sejenak untuk berfoto bersama Duta Besar RI Mesir Bapak, Abudrrahman Mohammad Fachir dan shalat maghrib berjamaah.

Sesi selanjutnya, moderator memberikan kesempatan bagi para hadirin yang bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya mengenai PPWS. Banyaknya antusias alumni untuk bertanya sehingga moderator pun harus membatasi penanya karena mengingat alokasi waktu yang tersedia. Jumlah penanya putra 4 orang dan putri 1 orang.

Pertanyaan pertama dari saudara Mu'tashim El-Mandiri, menurutnya kita tidak perlu membuka konflik internal yang terjadi di Pondok saat ini didepan umum dengan melanjutkan pertanyaan mengenai beberpa tulisan ustadz Zaki yang dititipkannya ke Desi juga pertanyaan, apakah Ngabar dengan pendidikannya saat ini dapat survive kembali?

kemudian penanya kedua oleh saudara Ardi Budiman, baginya kita harus jujur untuk membaca situasi saat ini, dalam hal ini saudara Ardi lebih setuju dengan ungkapan konflik internal dari saudari Desi Hanara, karena dari premis-premis seperti ini juga mendukung cara pandang alumni dalam menilai Ngabar kedepan. kemudian ia mengajukan dua hal kekurangan yang ada pada ngabar; 1. Menejeman baik organisasi, struktur maupun adminstrasi, 2 Kapasitas alumni yang memang kurang "menjual" Ngabar itu sendiri.

Mba Sri Dewi Atiqoh, sebagai pembicara ke-tiga mengungkapkan apresiasinya terhadap Ngabar saat ini. karena pimpinan-pimpinan pondok sebelumnya sangat jarang mendengarkan keluhan, usulan dari para alumni-alumninya. Namun untuk saat ini, hal tersebut tidak perlu disesali lagi karena ia optimis bahwa kepemimpinan saat ini sangat peduli dengan para alumninya. Hal ini ia simpulkan, karena mengaca kepada alumni-alumni Gontor yang selalu serius ketika membahas pondoknya. Optimisme yang ada untuk kemajuan Ngabar kedepan juga dilontarkannya sebagai penutup kalam.

Kemudian selanjutnya saudara Abdul Qodir, ia berpandangan bahwasannya Ngabar sangat kurang dalam hal pertama; kaderisasinya, sebagai contoh; adakah dari santri atau asatidz yang disekolahkan di luar negeri untuk mengabdi nantinya di PPWS? hal ini menyebabkan kualitas pendidik berkurang di Ngabar, kedua; Ia pesimis dengan kridibelitas PPWS saat ini, sebaliknya ia mempertanyakan "siapkah para alumni menyekolahkan anaknya ke Ngabar?" jikalau banyak para alumni optimis dengan jawaban "YA", maka, di sanalah tolak ukur keberhasilan Ngabar itu sendiri tidak dengan jawaban sebaliknya.

Terakhir saudara Tafiqullah, memaparkan bahwa Ngabar harus segera membenahi konflik internal yang terjadi, karena ketidak akuran antar person terlebih lagi hingga stakeholder di Ngabar dapat berimplikasi pada lembaga yang dipimpin, juga ia berharap agar para asatidz -termasuk stakeholder- yang tidak mengingnkan perbaikan di Ngabar atau pro misi dan visi PPWS segera "disisihkan" dari struktural lembaga.

Dari beberapa pertanyaan dan saran di atas ditanggapi oleh ke dua pembicara, untuk Saudara Ahmad Tirmidzi, LC menjelaskan mengenai pendidikan saat ini, ia menganalogikan pendidikan seperti produk yang mempunyai daya jual, dalam artian, siapa yang produknya memiliki daya jual yang tinggi itulah yang dipilih. Dalam hal ini, perlu bagi Ngabar untuk mempersiapkan sistem Pendidikan yang kompetibel sehingga para alumninya dapat mempromosikan produk pendidikan tersebut. diakhiri dengan Visi Ngabar 2011 "Menuju Ngabar yang self-sufficiency (kebercukupan dan mandiri) dalam segala bidang adalah kunci ideal "

Kemudian tanggapan dari Saudari Desi Hanara, bahwasannya konflik internal yang diungkapkannya bukan bermaksud untuk memprovokasi pihak tertentu bahkan hal tersebut dipandang perlu diangkat sebagai premis-premis yang telah ia sampaikan dalam menilai Ngabar, dan pun bahasa tersebut sudah ia terjemahkan dengan kalimat yang santun dan beretika. Adapun mengenai pendidikan di Ngabar ia sendiri sempat menyampaikan bahwa kaderisasi di PPWS memang sangat minim dan ini perlu ditanggapi serius oleh para stakeholder di PPWS.

Acara ini ditutup dengan kesimpulan moderator agar para alumni mulai kritis dalam menilai PPWS saat ini dengan harapan menjadi palaku sejarah bukan penonton sejarah.


Bookmark and Share

Sunday, March 22, 2009

Al-Jâm‘I Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashar Min Hadîtsi Rasulillahi Wa Sunanihi Wa Ayyâmihi (Serangkai Pengenalan singkat)

Oleh: Andy Hariyono

I. Prolog
Bismirrahmân, telah banyak buku-buku hadits yang dikarang oleh para ulama pendahulu, diantaranya ialah Al-jâm‘i al-musnad al-Shahih al-Mukhtashar min hadîtsi Rasulillahi wa sunanihi wa ayyâmihi yang dikarang oleh Imam Bukhari dan lebih dikenal dengan Shahih Bukhari.

Semua hadits yang ada dalam buku tersebut shahih, dimana Imam Bukhari sendiri menyatakan bahwa, “Saya tidak memasukkan ke Kitab Jami‘ ini kecuali yang shahih dan saya telah meninggalkan hadits-hadits shahih lain karena khwatir terlalu panjang ”, begitu pula sudah menjadi kesepakatan ulama (Sunni) bahwa Shahih Bukhari adalah ashahhul kutub ba‘da al-Quran . Adapun perkataan bahwasannya Shahih Muslim lebih shahih dari Bukhari, hal itu terbantahkan karena Imam Bukhari lebih Muttashil sanadnya dan lebih tsiqqah perawinya .

Demikianlah ulasan singkat mengenai Shahih Bukhari, agar lebih terarah pengenalan mengenai buku warisan umat ini perlu kirannya bagi penulis untuk menyampaikan sekilas mengenai biografi Imam Bukhari sebagai pengarangnya, kronologi penulisan Shahih Bukhari dan metode penulisannya, perkataan para ulama mengenai buku Shahih Bukhari begitu juga dengan beberapa buku syarah shahih Bukhari.

I. Biografi Abu Abdillah

Imam Bukhari hidup pada abad ke-3 H, nama Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. lahir setelah shalat Jum’at pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M) . Cucu seorang Persia bernama Bardizbah yang beragama Majusi, Kemudian putranya, al-Mughirah, memeluk Islam di bawah bimbingan al-Yaman al Ja’fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu Wala dinisbahkan kepadanya. Karena itulah ia dikatakan “al-Mughirah al-Jafi”. Ayah beliau Ismail bin Ibrâhim memberikan nama Muhammad, kunyah beliau adalah Abu Abdillah sedangkan nama Bukhari disandangkan pada nama tempat lahir beliau yaitu Bukhâra saat ini Uzbezkistan yang terletak di Asia Tengah .

Riwayat kakek beliau Ibrahim tidak terdapat data yang menjelaskan, tetapi Ismail ayah beliau adalah seorang yang alim, war‘a dan taqwa sekaligus ulama ternama di bidang hadits. Ia belajar hadits dari Hammad ibnu Zayd dan Imam Malik. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh orang Irak. Riwayat hidupnya ditulis oleh Ibnu Hibban dalam kitab al-Siqah Begitu juga putranya, Imam Bukhari, menulis riwayatnya dalam at- Tarikh al-Kabir. Menjelang ajalnya beliau berkata “didalam hartaku tidak terdapat uang yang haram atau yang syubhat sedikitpun” ini menunjukkan bahwa Imam Bukhari hidup dalam lingkungan keluarga yang taat kepada Allah Swt. dan sangat pantas baginnya mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya.

Ayahnya meninggal ketika Bukhari masih kecil dan meninggalkan harta yang cukup, beliau diasuh dan dididik oleh Ibunya dengan tekun dan kasih sayang. Ada sebuah riwayat mengatakan bahwasannya di waktu kecil matanya tidak dapat melihat, hal ini membuat sang Ibu bersedih dan berdoa kepada Allah Swt. untuk kesembuhannya. Lalu sang Ibu bermimmpi bertemu dengan Nabi Ibrahim As. yang berkata “Wahai Ibu, Allah telah menyembuhkan mata anakmu karena doamu”, keesokan harinya Imam Bukhari sudah dapat melihat dan sang Ibu pun menjadi gembira .

Imam Bukhari memiliki intelektualitas yang tinggi, Rasyid bin Ismail kakak beliau mengakuinya dan berkata, ”pernah Bukhari muda dan beberpa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia dicela membuang waktu dengan percuma karena tidak mencatat. Bukhari diam tidak menjawab. Pada suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan yang terus-menerus itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka. Tercenganglah mereka semua karena Bukhari ternyata hapal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap terinci dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat ”.

A. Perjalanan Menuntut Ilmu

Imam Bukhari memulai studi perjalanan dunia Islam selama 16 tahun. Hampir semua Negeri Islam telah dikunjunginya, ada riwayat yang mengatakan, “Saya telah mengunjungi Syam, Mesir, dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali, menetap di Hijaz (Mekah dan Madinah) selama enam tahun dan tak dapat dihitung lagi berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.”

Baghdad pada masa itu merupakan ibu kota Negara yang luas akan ilmu pengetahuan. Di negri itu, Imam Bukhari sering menemui Imam Ahmad bin Hambal. Tidak jarang Bukhari mengajaknya untuk menetap di negeri 1001 malam tersebut dan mencela pengarang kitab Musnad Imam Ahmad itu karena hanya berdiam di negeri Khurasan.

Imam Bukhari senantiasa menghimpun hadits-hadits maupun ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Di tengah malam, beliau bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis setiap masalah yang terlintas di hatinya, setelah itu lampu di padamkan kembali. Perbutan ini dilakukan hampir 20 kali setiap malamnya. Beliau merawi hadits dari 80.000 perawi dan dapat menghapal hadits sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.

B. Naisabur, Bukhara, Samarkand, dan Wafatnya Beliau

Perjalanan beliau ke Naisabur tahun 864 M (250 H), tempat asal Imam Muslim -Pengarang Shahih Muslim- disambut meriah, termasuk oleh guru Imam Bukhari yang bernama Muhammad bin Yahya al-Zihli. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, “Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, saya tidak melihat kepala daerah, para ulama dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang mereka berikan kepada Imam Bukhari".

Tak lama beliau tinggal di Naisabur, terjadilah fitnah yang menimpanya mengenai “
al-Quran itu makhluk”. Demi menghindari dari merambatnya ftnah tersebut Imam Bukhari kembali ke Kampung halamannya di Bukhara

Setibanya di sana Beliau disambut meriah oleh penduduk setempat. Tetapi kemudian fitnah kembali menimpanya, yang mana Khalid bin Ahmad al-Zihli –Penguasa Bukhara waktu itu- memerintahkan orang-orangnya agar melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Dengan demikian ia mempunyai alasan untuk mengusir beliau dari Bukhara. Tak lama setelah itu Imam Bukhari diusir dari kampung halamannya.

Suatu ketika atas permintaan warga Samarkand agar Imam Bukhari menetap di negri mereka. Sebelum tiba di Samarkand beliau lebih dahulu singgah di Khartand -sebuah desa kecil yang jaraknya dua farsakh sebelum Samarkand- untuk mengunjungi beberapa familinya yang ada disana. Di Desa kecil ini beliau jatuh sakit hingga menemui ajalnya. Imam Bukhari wafat pada malam Sabtu waktu Isya bertepatan dengan malam hari raya Idul Fitri 870 M (256 H) .


C. Karya-karya Imam Bukhari

Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :
1. Al-Jami’ as-Sahih (Sahih Bukhari).
2. Al-Adab al-Mufrad.
3. Al-Tarikh as-Sagir.
4. Al-Tarikh al-Awsat.
5. Al-Tarikh al-Kabir.
6. Al-Tafsir al-Kabir.
7. Al-Musnad al-Kabir.
8. Kitab al-’Ilal.
9. Raf’ul-Yadain fis-Salah.
10. Birrul-Walidain.
11. Kitab al-Asyribah.
12. Al-Qira’ah Khalf al-Imam.
13. Kitab ad-Du’afa.
14. Asami as-Sahabah.
15. Kitab al-Kuna.

II. Penulisan Al-Jam‘I Al-Shahih

A. Kronologi Penulisan Al-Jam‘I Al-Shahih

Sebuah riwayat mengatakan bahwasannya Ishaq bin Ibrahim al-Hanzhali atau dikenal dengan Ibnu Râhâwayh -guru Imam Bukhari- berkata : Kenapa kalian tidak mengumpulkan satu kitab yang ringkas untuk keshahihan sunnah Nabi Saw. Perkataan itu mengena di hati Imam Bukhari sehingga beliau mengarang buku al-Jâam‘I al-Shahih.

Begitu pula Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ as-Sahih”.

B. Metode Penulisan Al-Jam‘I al-Shahih

Imam Bukhari menyusun hadits-haditsnya menurut bab-bab fikih, ketelitian beliau dalam menyelidiki prihal para perawi sangatlah ketat sehingga dapat dipastikan bahwa hadits yang ditulisnya memang benar-benar shahih. Disamping itu beliau juga melakukan komparasi terhadap hadits-hadits yang diriwayatkan dan memilih diantaranya yang paling shahih, sehingga Imam Bukhari berkata “Aku susun kitab Al-Jami’ ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun ”. Kehati-hatian beliau dalam memilih hadits-hadits juga sangat waspada hal ini tampak pada perkataan muridnya bernama al-Fibrari bahwasannya ia mendengar dari Imam Bukhari, “Aku susun kitab Al-Jami’ as-Sahih ini di Masjidil Haram, dan tidaklah aku memasukkan ke dalamnya sebuah hadits pun, kecuali sesudah aku memohonkan istikharoh kepada Allah dengan melakukan salat dua rekaat dan sesudah aku meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar sahih”.

Ibnu Shalah, dalam mukaddimahnya, Shahih Bukhari ini memuat 7275 hadits, selain itu ada hadits-hadits yang dimuat berulang, ada 4000 hadits yang dimuat utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin Al-Nawawi dalam kitab Al-Taqrib. Lain dari itu, Ibnu Hajar al-Atsqalani –sebagaimana yang termaktub dalam mukaddimah Fathul Bâri- ada 7397 buah hadits dengan pengulangan sedangkan tanpa pengulangan sebanyak 2602 hadits. Perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits tersebut berimplikasi pada perhitungan yang berbeda diantara para ahli hadits dalam menilai Shahih Bukhari.

C. Pandangan Para Cendikiawan Muslim

Setelah Imam Bukhari menyelesaikan karangannya mengenai kitab Shahih ini, beliau mengajukannya kepada Imam Ahmad bin Hambal, Yahya bin Mu‘ayyan, ‘Ali bin al-Madînî dan mereka memujinnya serta bersaksi mengenai keshahihan al-jami al-Shahih ini kecuali empat hadits saja.

Kira-kira seabad setelah Shahih Bukhari tersusun, muncullah beberapa ulama hadits yang menkritisi isi buku tersebut. Mereka antara lain adalah; al-Dâruquthni (wafat 385 H), Abu Ali al-Ghassani (wafat 365 H), dan lain-lain. Kritikan para ulama (yang tertuju tidak lebih dari 100 hadits) dari sudut pandang ilmu hadits yang menurut mereka, terdapat juga hadits dha‘if dalam shahih Bukhari. Kendati demikian, 3 abad setelah kritikan tersebut justru muncul ulama hadits yang membela dan membantah kritikan ulama sebelumnya. Ibnu Shalah mengomentari kitab Bukhari yang satu ini sebagai ashohhu al-Kutub b‘ada al-Quran (Buku yang paling otentik setelah al-Quran). Bahkan pendapat ini mendapat dukungan dari ulama setelanya, seperti Imam Nawawi (wafat 852 H), Ibnu Hajar (wafat 852 H) yang mana pada akhirnya menjadi kesepakatan Jumhur Ulama Ahlu Sunnah.

III. Buku-Buku Syarah, Tahkik dan Mukhtshar dari Al-Jam‘I al-Shahih

Pada masa-masa -sekitar seabad- setelah kitab Shahih ini tersusun, muncul beberapa buku yang mensyarah (menerangkan maksud, memperjelas, mengomentari) hadits yang termaktub dalam Shahih Bukhari. Mungkin saat ini sudah ada 100 syarah telah disusun oleh para ulama, dari sekian syarah yang terkenal diantaranya adalah:
1. Fathu al Bâri, oleh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar al-‘Atsqolani –Ibnu Hajar aja biar ngga’ kepanjangan - (wafat 853 H)
2. Irsyadu al-Sâri, oleh Ahmad bin Muhammad al-Mishri al-Qasthalani (wafat tahun 923 H)
3. ‘Umdatu al-Qâri, oleh al-‘Aini (wafat 855 H)
4. Al-Tawsyih, oleh Jalaluddin al-Suyuthi.

Hingga saat ini buku Fathu al-Bâri masih menempati posisi pertama dalam men-syarah kitab Shahih Bukhari sehingga kitab ini (Fathu al-Bâri) mendapat julukan “Raja Syarah Bukhari”.

Selain itu masih terdapat buku yang mentakliq (memberi komentar/penjelasan pada bagian-bagian tertentu), dan adapula yang meringkas atau yang sering dikenal dengan mukhtashar seperti kitab al-Tajridu al-Shahih, oleh Ahmad bin Ahmad bin Abdul Lathif al-Syiraji al-Zabidi (wafat 983 H).

V. Epilog
Sosok Imam Bukhari dengan Al-Jâm‘I al-Shahih-nya benar-benar menjaga warisan Nabi Saw. dan sudah sepatutnya bagi kita untuk melanjutkan perjuangan ulama-ulama terdahulu. Penulis sadar akan apa yang tertuang dalam tulisan ini masih sangat kurang, semoga catatan ringkas ini dapat menjadi bahan diskusi kita nantinya. Wallahu ‘Alam Bisshawwâb.


                                                                                                                     Bawwabah, 28 Syawal 1428 H


Refrensi:

1. Imam Bukhari, Al-Jâm‘I Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashar Min Hadîtsi Rasulillahi Wa Sunanihi Wa Ayyâmihi, Thn 2001, Rev ke-09
2. Imam Syuyuthi Tadrîbu al-Râwy fî Syarhi Taqrîbi al-Nawawy, ditahkik oleh Muhammad Ayman bin Abdullah al-Sybrâwy Maktabah Dârul Hadits Kairo Cet. 2004.
3. Muqoddimah Fathul bâry, cet. Thn.2000 maktabah dârul al-Taqwa Kairo.
4. Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul Hadi, ‘Ilmu al-Jarhu wa al-T‘adîlu, Cet.II thn. 1998
5. http://id.wikipedia.org
6. www.kisahislam.com
7. http://salafy.wordpress.com/2007/03/07/imam-bukhori/
8. http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_Imam_Bukhari_dalam_menulis_kitab_hadits/
9. www.forum.asyraaf.com

Bookmark and Share